Sabtu, 12 Oktober 2013

Orientasi Belajar Kita

...
Kita berada di dalam pusaran tata warna
yang ajaib dan tak terbaca.
Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan.
Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan.
Dan bila luput,
kita memukul dan mencakar 
ke arah udara
...
-Sajak Anak Muda by W.S. Rendra-

Nasihat menohok dari pemilik warung...

Kadang saya memikirkan peristiwa-peristiwa kecil di sekitar saya, baik yang saya lihat maupun dengar. Lintasan-lintasan pikiran tentang peristiwa-peristiwa itu kadang sulit sekali saya hilangkan. Bahkan, tak jarang terbawa sampai mimpi. Tak jarang ketika saya baru terbangun dari tidur saya langsung mendapat ide untuk memecahkan masalah-masalah di sekitar saya atau setidaknya pada kondisi tersebut memudahkan saya untuk berpikir dan mendapat inspirasi.

Ada satu peristiwa yang hingga saat ini menggelayut di otak saya. Pekan lalu kapan dulu saat saya bersama beberapa kawan saya jalan-jalan refresh ke lembangnya sumsel versi palembang. Pagar Alam. Di sekitar kebun teh saya bertemu dengan seorang pemilik warung yang memperkenalkan dirinya dengan kuniah Abu Anas. Walaupun terkadang penampilan itu menipu dan menurut saya tidak substansial, dari luar dia tampak seperti orang yang taat beragama: berpeci, ujung celana diatas mata kaki, dan janggut panjang. 

Singkat cerita beliau mengajak kami berdiskusi. Diskusi berlangsung cukup panjang dengan tema yang cukup luas dari seputar wisata pagar alam, tujuan hidup, hakikat ilmu, modernisasi, cara menjalani hidup, dan lain-lainnya. Banyak perbedaan pendapat antara saya dan dia. Ingin rasanya mendebat tapi waktu sudah sore dan kami belum sempat ke tempat-tempat lainnya kemudian kami mohon pamit. Namun, ada sepenggal nasehatnya yang cukup menampar dan melekat di fikiranku. Bahkan sampai detik ini. Beliau menjelaskan tentang tanggung jawab orang-orang berilmu. Menuntut ilmu itu wajib tapi ketika ilmu telah didapat maka tanggung jawab seseorang bertambah. Ilmu itu dituntut untuk diamalkan ,menjadi sebuah tindakan. Toh yang meyelamatkan kita di hari akhir nanti adalah amalan kita, bukan ilmu. Lantas saya bertanya pada diri saya, “Sudah benarkah orientasi saya belajar, mendengarkan kuliah, membaca buku? Apa benar untuk jadi  tindakan atau sekadar pengetahuan beku?”


Paradoks, di mana salahnya?

Barangkali sering kita temukan paradoks. Mengapa ada seorang yang pandai matematika di kelas tapi ia kesulitan memecahkan persoalan sehari-hari yang membutuhkan logika matematika sederhana? Mengapa ada lulusan pesantren yang tidak bermoral? Mengapa ada psikolog yang tidak peka dan empati pada keadaan sekitarnya? Mengapa ada mahasiswa manajemen yang mengelola waktu atau sekedar memimpin rapat tidak efisien? Kenapa seorang mahasiswa teknik elektro tidak tahu cara  memperbaiki kabel listrik rumah yang rusak? Atau mengapa seorang mahasiswa informatika tak mampu mengidentifikasi kerusakan pada komputernya?

Setelah saya renungkan, mereka (juga saya) memiliki kesalahan dalam orientasi belajar. Menuntut ilmu sekadar untuk menjadi pengetahuan atau mendapat nilai. Terkadang hanya terpaku pada kerangka teoretis tanpa mengaitkannya dengan realita sehingga ilmu terbentur pada goresan kertas soal, layar proyektor, atau langit-langit kelas yang rendah. Mungkin lebih parah, saat belajar formal di ruang kelas hanya menjadi rutinitas atau salah satu fase dalam hidup sehingga merasa hidup “aman” dan “nyaman” dengan mengikuti mainstream : sekolah, kuliah, kerja, kaya, menikah, punya anak, lalu mati.

“ The aim of study is action, not knowledge.” ( Herbert Spencer)

Belajar dari Sayyid Quthb

Seolah ulu hati saya serasa remuk saat membaca buku Sayyid Quthb, Ma’alim Fiththariq. beliau menjelaskan bahwa kehebatan generasi sahabat bukan semata-mata karena di sana ada rasulullah, sebab jika ini jawabannya berarti Islam tidak rahmatan lil ‘alamin. Kehebatan mereka terletak pada semangat mereka untuk belajar lalu secara maksimal mengamalkannya. Mereka mengambil ilmu langsung dari sumber yang terpercaya, mereka melepaskan ikatan emosional dengan kejahiliahan, dan yang terpenting menurut Sayyid Qutb : mereka menuntut ilmu dengan kesiapan diri yang sangat tinggi untuk bertindak, laksana prajurit yang bersiap menunggu titah komandan.


Sedikit kesimpulan dari perenungan..
Secara akademik, ah, saya jauh dari kategori mahasiswa berotak cemerlang. Saya juga tidak biasa membaca buku-buku filsafat, membicarakan hal-hal bersifat filosofis teoritis dan berat seperti beberapa kawan2 saya. Tetapi, kalau disuruh menjelaskan apa itu pendidikan,  saya akan berkata  bahwa pendidikan itu ialah proses perubahan dan perbaikan manusia menuju titik kesempurnaan, sedangkan titik kesempurnaan itu bukan berarti bisa segalanyaaa, tapi kondisi saat manusia itu mampu mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya. Lalu bagaimana mengetahui titik optimalnya? Sederhana, yaitu saat umur kebaikannya jauh lebih lama dari umur hidupnya. Pada intinya, pendidikan itu berarti perubahan, perubahan individu maupun perubahan kolektif. Jika seseorang yang mengaku telah berpendidikan, tapi ia tidak bisa merubah dirinya  dan lingkungan sosialnya maka pada hakikatnya ia belum terdidik. Terlepas dari kebengisannya, saya kagum pada Lenin, karena di tangannya, Communist Manifest-nya Karl Marx bisa jadi revolusi Bolshevik menggulingkan kekuasaan Tzar di Rusia. Pun juga dengan Khomeini, karena ditangannya Al-Qur’an mampu menjadi sumber inspirasi bagi Revolusi Iran tahun 1979 mengulingkan Shah Reza yang tiran lagi korup.

Kesimpulannya, orientasi belajar adalah tindakan, buka sekadar pengetahuan. Seseorang yang belajar harus mampu ikut memperbaiki untuk lingkungan sosialnya, atau sekurang-kurangnya memperbaiki dirinya sendiri. Biarpun kecil, menulis juga tindakan. Mungkin ada yang mencibir, “ Ah, berwacana, ga ada perubahan !!” Seumur hidupnya, tak ada satu pun perubahan sosial yang tercatat dalam sejarah dilakukan oleh Karl Marx. Tapi berkat tulisannya, banyak perubahan sosial dan revolusi terjadi...

#sekedar coratcoret pengingat diri kalo2 lg berat ngantor, kuliah, kontribusi, beramal, dan ibadah. Istiqomah fa yaaa, SEMANGAAAT:)!  Biar kita jadi anak baik.. biar kita jadi anak sholihah. huks

Sabtu, 28 September 2013

ulfa yg tengah melo..


 Allah.. Thanks for today (again and always); Laugh your heart out, dance in the rain, cherish the moment, live and learn, laugh and love, forgive and forget.  
Be optimal and happy, Cause we only have one life to live!  


-dan saya makin menikmati segala lelah ini :)
  RS.Bunda, Aula Barat Lantai4



Minggu, 22 September 2013

#dunia

Dunia mengajarkan seorang Muslim tentang keterasingan. Karena kebenaran itu tidak sama dengan mayoritas. Kebenaran seringkali meminta kita ikhlas menjadi minoritas. Dunia bisa berkata x, tapi tiap pribadi lurus kembali pada Al Quran dan Hadist untk mengambil keputusan, berkata x atau y. #dunia
Tidak lekat dengan dunia, tidak takut pada dunia, tapi tidak acuh pada dunia. Dunia ada di tangan, bukan di hati. Dia kita kuasai, bukan menguasai kita, #dunia
Rasululloh SAW banyak menyebut tentang dunia, tapi dua doanya yang saya tahu adl : Ya Alloh, Janganlah Engkau jadikan dunia sbg obsesi kami. Ya Alloh, Jangan Engkau jadikan dunia, sebagai puncak ilmu pengetahuan kami. #dunia
Dan pada Alloh lah kembali semua perjalanan ini, isi dengan segala terbaik yang kita mampu. Sungguh, dunia itu fana, akhirat itu abadi.

Sabtu, 21 September 2013

manusia hebat


Entah apa yang kalian fikirkan seketika mendengar kata2 hebat, keren, TeOPe, atau ruar biasa. Ungkapan kata yang lekat dengan pujian, yang ternyata secara faktual; ato abstrak. Menurutku, ketika mendengar kata Hebat. Bagian mananya? Keren? Apanya? 


Pikirankulah memang yang sepertiny cukup 'weird' untuk memandang tiap hal. Agak detail sih.. sampe kadang suka ngerasa ga cocok jadi Bagian dari Direksi. Dulu. Bagaimana bisa bawa suara rakyat kalo mikirnya suka ga umum? Childis? Kekeuh-an pula. Raaarrr banget kan? Ini tentang kalian bagiku. Intinya: terima kasih yaa untuk semua pembelajarannya. pembelajaran bersama kalian. Manusia-Manusia Hebat :)


Terima kasih untuk Mbak Lusi.
Guru tentang negosiasi advokasiku ga banyak, tidak semua orang mau melakukannya, apalagi bisa melakukannya dengan sangat tenang juga baik. emang mbak paling cool! ngefans aku ;)

Terima kasih untuk  Mbak Wid sayang. Kamu tak selalu GJ loh mbak. Bagaimana seorang GJ tulen bs mengatakan, “Kamu bukanlah seorang da’i, fa, ketika kamu tidak mw menyampaikan kebenaran.”

Terima kasih untuk Nuyul. Belajar darimu, memang sudah seharusnya ktika suatu pekerjaan atw tanggung jwb itu belum terselesaikan, maka kita wajib gelisah. 

Nb: positivkan gelisahmu ye bang :p

Terima kasih untuk Mbak Nen. Sipedes kalo lagi ngritik. hehe..karnamu mbak aku ngebuka buku tntang seni kritik-mengkritik. Bgaimana menjadikan kritik seenak kripik. hihihi.


Terima kasih untuk Mbak ida psikolog tersayang.  Muslimah itu, seperti dirimu.. :)

Terima kasih untuk Mbak Yana. Tidak ada yang paling istiqomah dalam barisan ini melebihi dirimu mbak,


Terima kasih untuk Pak Hamidin. Ketawadzunan & Profesionalitasmu diakui semua orang pak, termasuk orang yang tidak mudah mengakui org lain seperti diriku.
 


Terima kasih untuk 'Syawal'ailabumbum. Orang yang paling sering aku bikin nangis,huhuhu.. ikhtiar dan doa moga cukup untk membwt takdir Allah berpihak pada mimpimu yang besar bung! Amiin

Terima kasih juga untuk Pak aree. sibanyak bicara yang menginspirasi bahwa kita dituntut untuk tidak sekedar banyak bicara. namun lewat karya nyata. ce'eulah..

Terima kasih untuk Bapak kami. Qiyadah yang begitu mengoperasional. Sosok cerdas, namun sangat rendah hati. Qiyadah seperti beliau akan selalu diridhoiNy ketika bisa menjaga keduanya.

dan untuk bapak2 dewan direksi :') Sungguh belajar banyak, Terimakasih banyak pak! 
kesamaan kita sepertinya sama2 bukan tipe orang publik. Tapi percayalah, keberjalanan fungsi suatu badan, mesti ada yang tipe tangan, tapi juga perlu tipe yg seperti jantung :)



dan kuharap, moga perjalanan kita kemarin -Khusnul khotimah-...

Sehingga hidup kita selanjutnya lebih dinamis, terbuka lebih lebar ruang untuk kita terus mengaktualisasi diri. Ketika tidak dlm "kelembagaan", sejatinya perjuangan & pengabdian kita baru mulai diuji. Karna kita harus aktif mencari ladang pengabdian sendiri; ngebuka fikiran, mencari link untuk bergerak dan berfikir jauh lebih strategis,
-Yup, jaga semangat kontribusi-

Saad masa bersama kalian, aku belajar menjadi seorang Koleris yg Plegmatis, Melankolis yang begitu Sanguinis. Tidak bisa kubersajak merangkai senyawa kata yang begitu renyah,  lembut membwt nyaman, hingga indah diterima hati. Pun tak bisa kubermetamorfosa untuk memuji, bereufimissme dalam mengkritik. Smua tegas, bahkan jelas, kadang keras. Semoga tak mengurangi makna yang ada, dari hati. 

Maaf juga untuk ke-kekeuh-anku yg kadang mungkin ga pd waktu & tempatnya, seretny kontribusi, minimnya pemberian,
keakuan yang tinggi,
kosongnya inspirasi, ketidakseriusan dalam bekerja, pun biasnya ketauladanan.

Tanganku tidak sehangat tangan kalian, fikiranku juga sikapku pun mungkin terkadang dirasa manipulasi.
Tapi I DO really care of u, guys! I’m sory for not showing it enough..
Ga banyak berkas yg aku tinggalkn. Maka wajar saja jka nantiny mungkin aku adalah bagian yg mudah terlupakan.




Nb:  *Maapin yaa yang dideskripsiin hanya beberapa saja. susye benerrr cari inspiring buat menumpahkan keunikan detail kalian dlm bentuk tulisan. huhu, moga foto ini sudah cukup mewakilkan. 
 kuabadikan lewat blog biar ga usang kemakan virus :)

Sabtu, 14 September 2013

Lg-iLfeel-Bgt!



Jangan terlalu mengasihani diri sendiri... juga tdk perlu klarifikasi sana sini...
 cukup banyak alasan kok untuk kamu trus bahagia, senyum & bangkit!




Sabtu, 01 Juni 2013

- kunci -

Mereka yang luar biasa, yaitu mereka yang punya kunci dunia dan tiket akhirat. ialah mereka yang tahu bagaimana mengendalikan diri dan mengenali saat diri lepas kendali, mengenali saat diri keluar kendali dan segera kembali, sederhana bukan?

Lalu, apa yang menantang? 
Yang menantang adalah bagaimana mengenali apa yang menyebabkan diri bisa keluar kendali, mengenali apa kekuatan yang lebih kuat dari diri, thogut2 kecil, miniatur dewa melenakan, hiasan dunia berteman lupa, ragu sahabat lemah, malaikat kecil berselimut tanduk syaitan, gunung emas bersua api menyala, juga bidadari bermata keji. duniawi yang sering menipu sekali. manusiawi :)





Mk bersiagalah untuk ujian selanjutny yah, sungguh Alloh akan terus menuntut keshalihan dalam diri kita.. selalu. 
#so Keep Sabar, dan Sholat ^_^

Rabu, 08 Mei 2013

*lg2 mikirin hikmah-


Setiap orang memiliki banyak peran, terlebih ketika usianya sudah memasuki usia produktif atau dewasa. Di tempat kerja dia jadi karyawan, jadi atasan, jadi bawahan, jadi mandor, atau jadi profesional lainnya. Di rumah jadi suami ato istri, jadi ayah ato ibu, jadi anak ato bahkan jadi sodara. Di masyarakat ada yang jadi tokoh, jadi anggota masyarakat, mungkin ada yang jadi ketua RT/RW, ada yang jadi pengurus paguyuban. Bahkan ada juga jadi pengurus kegiatan tertentu. Barangkali itu sebagian dari peran seseorang. 

Peran lebih utama dari pada tugas. Tugas dalam arti lain adalah fungsi. Fungsi adalah kegunaan. Banyaknya peran seseorang menandakan dia memiliki banyak fungsi. Artinya dia menjadi orang yang banyak gunanya bagi kehidupan. Ketika seseorang mendalami banyak peran di kehidupan, maka tugas akan dapat dia kembangkan, lebih dari sekedar tuntutan terhadapnya. Ketika dia jadi bawahan, dia bisa menjadi katalis organisasi dengan memberikan ide-ide segar. Dia bisa menjadi inspirasi bagi rekan sejawatnya dengan memberikan keteladanan tentunya. Bagi pimpinan, dia tidak sekedar menjadi driver organisasi, melainkan sebagai mentor/coach. Mentor yang tidak hanya ke bawah, tapi juga ke samping maupun ke atas. Bagi teman kerja, dia tidak sekedar jadi teman ngobrol saat makan siang atau seseorang yang harus dihubungi saat diperlukan dalam pekerjaan. Rekan kerja bisa menjadi tempat berbagi, pengalaman, cerita, bahkan nasehat.

Untuk bisa baik dalam segala peran tersebut memerlukan proses dan pembelajaran seumur hidup. Intinya adalah komitmen untuk terus mau belajar dan mengembangkan diri. Meski demikian, setiap orang juga sangat mungkin tidak bisa sekaligus bisa bermain baik dalam setiap peran itu. Pada suatu saat, dia perlu mementingkan perannya di masyarakat. Seperti saat seorang ibu memiliki anak-anak usia golden age/balita, perhatian terhadap anak-anaknya jauh lebih penting daripada perannya di masyarakat. Saat anaknya sudah beranjak remaja, seorang ibu bisa kembali concern terhadap perannya di masyarakat. Saat seorang anak sedang menghadapi UAN, dia harus konsen belajar. Perannya sebagai pengurus organisasi harus dikesampingkan dan didelegasikan kepada anggota organanisasi yang lain. 

Akan tetapi, tidak banyak orang yang senang memiliki banyak peran. Mereka cukup senang bisa berangkat pagi pulang sore dan setiap bulan memiliki gaji. Dia cukup senang jika malam harinya hanya habis untuk nonton tivi selain tidur. Kejadian itu terus berulang sampai pensiun. Bahkan yang perlu disayangkan lagi, mereka itu memiliki level kecerdasan di atas rata-rata. Ibaratnya seperti motor 500cc yang hanya digunakan untuk jualan bubur ayam. Apa sikap seperti itu seperti menyia-nyiakan karuniany Allah? Sebaliknya, orang yang awalnya memiliki kecerdasan pas-pasan, tpi punya semangat dan kemauan tinggi justru kebanyakan lebih sukses. Seperti sepeda motor yang awalnya hanya memiliki kapasitas 100cc bisa berkembang menjadi 1000cc (emang bs ya? haha, gitulah pokokna mah :D). 

Catet! Ilmu manusia sekarang tidak hanya berkutat bagaimana menambah pengetahuan, tapi juga bagaimana bisa menambah akselerasi dalam belajar. Itulah kemauan. Lebih diutamakan daripada kemampuan. Karena dengan kemauan, dia akan memiliki kemampuan. Sedangkan kemampuan saja belum tentu bisa memiliki kemauan.

*oke cuiiy. saadnya menghargai hasil dan mengambil pelajaran. Melangkah ke chapter baru, tanpa membawa luka, rait ? ;) Jadikan sabar & ikhlas sumber kekuatan. OSH!! 
-selfTalk^^

Sabtu, 20 April 2013

wekap wekap wekap

Once again.. a self reminder, 
firefighter, tranquilizer and my sleeping pills

 
"Tidakkah kamu sadar bahwa Dia telah mendidikmu, mengajarimu, memberimu rezeki,melindungimu, mengirimimu kebaikan, menunjukimu jalan yang paling lurus, menyelamatkanmu dari seluruh tipu daya, menyempurnakan keelokan penampilan juga kecerdasan otakmu? memberimu kecerdasan di atas rata-rata sehingga kamu - dalam waktu yang pendek - memperoleh ilmu yang tidak diperoleh orang lain dalam waktu yang lama? Selain itu, menghias ilmu dalam kalimat-kalimat indah yang diucapkan lisanmu setelah sebelumnya Dia menutupi 'keburukan-keburukanmu', lalu orang-orang pun menerimanya dengan prasangka yang baik dan memberimu rezeki yang berlimpah tanpa susah payah?" 
(Shaid Al Khatir - Ibnu Al Jauzi: 275)     

#Tergugu mengeja fabiayyi aalaaa irabbikummaa tukadzziban..  :'( (
 

Senin, 15 April 2013

yes, its was my way


Jarak sejauh itu hanya bisa ditempuh dengan melangkah
Satu demi satu sepatu menapak tanah kering dan basah
Jangan sesali jarak yang kau tempuh
Karena hidupmu adalah hidupmu
bukan milik manusia-manusia serakah, iri, juga dengki



Badai tak akan menghentikan derap bunyi kehendak jiwa
Merasuk sukma keinginan yang lebih dari sekedar angan
Kuurai kata demi kata untuk jelaskan
Kurangkai kata demi kata untuk membangkitkan jiwa-jiwa yang terpenjara kalut dan terhalang lebatnya kabut
Kutanam maaf & asa di setiap penjuru mata angin
Teruslah melangkah, 
karna gelap akan semakin gelap jika tidak mendekat
Cahaya tidak akan mendekat jika kau tidak mau beranjak
Setiap gerak selalu diiringi doa-doa yang memanjat langit



Tak ada sesal, 
karna sesal hanya saat tidak berani mencoba
Bukankah seringkali batu besar tidak dapat pecah karna hanya dipukul sekali? :)
Mintalah 'fatwa' kepada hati. sejatinya hati bisa memilih lebih cermat. Taat.

Dengan kuasa Allah akan kubuktikan. KarnaMu Aku bangkit!
Biidznillah~

Rabu, 30 Januari 2013

Orang Orang Hebat


“ Saya percaya walaupun bertahun-tahun dalam kesunyian dan kegelapan,
 Tuhan menciptakan saya untuk sebuah tujuan yang tidak saya ketahui,
 tetapi, suatu hari nanti saya akan mengerti maksud-Nya...
dan saya bahagia...
Saya hanyalah satu, tetapi saya satu.
Saya tidak dapat  melakukan semuanya,
tetapi saya masih dapat melakukan sesuatu.
Dan karena saya tidak mampu melakukan semuanya,
Saya tidak akan menolak sesuatu yang saya dapat lakukan...”
Hellen Adams Keller

Dalam berkarir secara profesional ataupun dalam menuntut ilmu, dalam bidang apapun, kita dapati ada dua kelompok orang. Ada orang yang bertujuan untuk sekadar menjadi seorang yang baik dalam bidang yang digelutinya , ada juga orang  yang berhasrat menjadi orang yang terbaik, menjadi orang hebat dalam bidangnya. Hidup ternyata terlalu singkat untuk dilalui sebagai orang yang biasa-biasa saja atau sekadar menjadi seseorang yang baik dalam bidangnya.

Ada orang yang memilih hanya menjadi orang yang baik dalam bidangnya sedangkan umur hidupnya lebih dari 80 tahun. Setelah ia meninggal,  generasi setelahnya hanya mengingat dia lewat tiga kalimat yang terpampang di batu nisannya: namanya siapa, kapan ia lahir, dan kapan ia wafat. Tak ada goresan tinta emas yang ia torehkan dalam kanvas sejarah umat manusia.  Tentu kita tidak bertujuan agar setiap amal kita diingat apalagi dipuji orang lain, tetapi setidaknya itu parameter  nilai manfaat  hidup kita di dunia. Di sisi lain, ada orang yang selalu berupaya menjadi orang hebat, menjadi yang terbaik di bidangnya, dan selalu berhasrat untuk berkarya demi kepentingan orang banyak, umur hidupnya mungkin kurang daripada golongan pertama, tetapi umur karyanya, umur prestasinya jauh melampaui umur hidupnya. Umur adalah pemberian, tetapi berkarya adalah sebuah pilihan. Bakat adalah pemberian, tetapi kontribusi adalah pilihan. Waktu tak bisa dibeli, tetapi kecepatan bisa diciptakan.

“ Setiap orang dimudahkan sesuatu yang untuknya ia diciptakan.” ( HR Muslim)

“ Mukmin yang kuat itu lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Dan setiap diri pastilah memiliki potensinya masing-masing. Bersemangatlah kalian dalam melakukan sesuatu yang bermanfaat, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kalian merasa tidak mampu.”   ( HR Bukhari)

Kedua hadits tersebut secara implisit memerintahkan kita untuk melakukan semua hal sebaik-baiknya, menjadi yang terbaik, menjadi orang hebat. Setiap insan diciptakan sebaik-baiknya sebagaimana Allah berfirman : Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” ( At-Tiin : 4) maka setiap aktivitas yang kita lakukan pun harus kita lakukan sebaik-baiknya.Kita semua memiliki potensi, memiliki bakat yang untuk itulah kita diciptakan, berkontribusi dalam membangun peradaban. Tidak menjadi yang terbaik sama artinya dengan tidak mengakui pemberian yang seharusnya kita bagikan kepada orang lain. Persoalannya bukan lagi sekadar bakat, bakat saja tidak cukup. Ada hal-hal yang membuat orang-orang terbaik lebih baik dari orang lainnya, mereka melengkapi bakat dengan hati, jiwa, semangat, dan hasrat.

Jika kita membaca biografi orang-orang hebat, orang-orang terbaik di bidangnya, tak peduli apapun bidangnya, kita dapat menemukan beberapa sifat yang selalu ada pada setiap diri mereka.


 Orang-orang Hebat Tahu Benar Tujuan Mereka

“...bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok...” ( Al-Hasyr : 18)

Mereka visioner. Target mereka jelas dan mereka tahu benar tujuan mereka melakukan semua aktivitas yang digelutinya saat ini. Hidupnya dimulai dengan menentukan titik akhir hidup mereka. Seperti melihat dengan teleskop, memiliki gambaran yang besar dan jelas dalam pikiran mereka dan mereka bisa melihat masa depannya. Pada akhirnya mereka menujukan hidup mereka sepenuhnya untuk gambaran itu dan mereka tidak menyia-nyiakan  aset waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna. Mereka telah memiliki gambaran yang jelas tentang keindahan gunung dan tak peduli selebat apa hutan, mereka tetap mendakinya.

“ Setiap pertandingan dimenangkan sebelum pertandingan itu dimulai,” kata Sun Tzu. Orang-orang hebat  mampu memvisualisasikan obsesi mereka. Kita dapat belajar dari Saifulllah Khalid bin Walid, seorang panglima hebat yang tidak pernah mengalami kekalahan dalam berbagai perang yang diikutinya, pernah berkata:    “ Seluruh lembah, gunung, gurun yang pernah kulewati tak pernah akan lupa ingatanku. Jika suatu saat aku harus berperang di tempat itu, maka akan kubayangkan segenap strategi yang kugunakan.”

 Orang-orang Hebat Selalu Setia pada Cita-cita

“ Tidak mungkin menuntut ilmu bagi orang yang pembosan dan sering berubah pikiran serta merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya. Akan tetapi menuntut ilmu harus dengan menahan diri, kesempitan hidup, dan berkhidmat untuk ilmu tersebut.”
( Imam Syafi’i)

Seorang pembelajar yang bermimpi menjadi pengusaha sukses sejak awal sadar bahwa akan ada masanya di mana dia akan diuji dengan kerugian, bisnisnya berantakan, dan  usahanya bangkrut. Seorang pembelajar yang bermimpi menjadi akademisi yang brilian sadar bahwa akan ada masanya ia diuji dengan tidak lulus ujian, merasa bodoh di kelas karena tidak bisa memahami pelajaran, gagal dalam praktikumnya, hampir di-DO, ia akan kekurangan tidur dan perutnya keroncongan karena uang bulanan sudah habis. Seorang pembelajar yang ingin menjadi profesional sukses sejak awal menyadari, bahwa ia akan ditolak dari satu interview ke interview lain, akan mengalami kesulitan di tempat kerjanya, dihina seniornya, dimarahi oleh atasannya, harus mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai, dan kepahitan-kepahitan lainnya.Pembelajar siap dengan kesulitan ini sehingga saat ujian itu terjadi ia bisa bertahan dan memilih sikap terbaik. Ia tetap setia dengan rencana dan mimpinya. 

Orang hebat tidak pantang menyerah. Saat ia menemukan masalah ia tidak akan berhenti, ia tak akan mengeluh. Ia berusaha memecahkan masalahnya. Ia tidak fokus pada masalahnya Ia hanya fokus pada pelajaran dalam masalahnya, juga pada peluang akan diperolehnya dibalik masalah itu. Ia paham bahwa masalah dan kesulitan adalah romantika kehidupan. Bukankah ketika dulu kita SMP atau SMA kadang mendapat nilai yang buruk, kita stress. Namun, bagaimana perasaan kita jika saat ini kita mengingat  hal tersebut ? mungkin kita hanya tertawa, ternyata itulah salah satu hal yang membuat hidup kita berwarna. Jika mendapat indeks prestasi yang buruk, yakinlah bahwa suatu hari nanti, kita akan mengenang momen tersebut sebagai momen unik dalam kehidupan kita.

Orang-orang Hebat Berlatih Lebih Keras daripada Orang Lain

“ Seorang penuntut ilmu yang ingin memperbanyak ilmunya, ia wajib mengerahkan segenap jerih payahnya, sabar menghadapi segala kesulitan yang menghadang, ikhlas karena Allah dalam mencari ilmu-Nya, dan selalu memohon pertolongan Allah.”
( Imam Syafi’i)

Malcolm Gladwell dalam Outliers mengisahkan bahwa hal yang membedakan pemain biola terbaik dari pemain biola yang baik , dan biasa saja bukanlah bakat, namun jumlah waktu yang mereka gunakan untuk berlatih sepanjang hidup mereka. Ketika berusia dua puluh tahun, para pemain bola terbaik berlatih selama sekitar sepuluh ribu jam. Pemain biola yang baik berlatih sebanyak delapan ribu jam, dan pemain biola  rata-rata hanya berlatih sekitar empat ribu jam.

Kadang masyarakat selalu percaya pada mitos media bahwa kesuksesan dapat diperoleh dalam waktu semalam tanpa melihat sebuah proses. Orang-orang hebat bersedia keluar dari comfort zone menuju discomfort zone. Ia bersedia menunda kepuasan dan kenyamanan. Ia bersedia membayar berapun harganya, untuk sebuah cita-cita.

Orang-orang Hebat Selalu Memperbaiki Diri agar Lebih Baik

"Barang siapa yang keadaan amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia terlaknat. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung." (HR. Bukhari)

Tidak ada status quo bagi orang hebat, pilihan yang baik hanyalah dengan menjadi lebih baik. Jika tidak menjadi lebih baik, artinya bertambah buruk. Orang biasa selalu merasa puas dengan kenyamanan mereka. Orang hebat selalu hidup dinamis, ia selalu berusaha berubah menjadi lebih baik. Ia tidak akan mempertahankan status quo. Ia selalu istiqomah. Istiqomah bukan sekadar konsisten atau monoton dalam beraktivitas. Istiqomah merupakan suatu proses kontinu menuju titik kesempurnaan, merupakan sebuah perbaikan yang berkesinambungan.

Orang-orang Hebat Tak Hidup untuk Dirinya Sendiri

“ Ketika hidup ini untuk diri sendiri, maka ia akan terasa sangat singkat dan tak bermakna.Tapi ketika hidup ini kita persembahkan untuk orang lain, ia akan terasa panjang, dalam, dan penuh makna.” ( Sayyid Quthb )

Dalam buku 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa, Michael Hart menempatkan Muhammad pada posisi pertama, Shih Huang Ti pada posisi tujuh belas, Jengis Khan pada posisi 29, dan Alexander Agung pada posisi 33. Padahal, seumur hidupnya Alexander Agung menaklukkan wilayah yang lebih besar daripada Muhammad saw.Iran, Mesopotamia, Suriah, Yudea, dan Mesir mampu ia taklukkan. Shih Huang Ti, di bawah kekuasaannya mampu menyatukan seluruh China yang semula terpecah-pecah . Jengis Khan mampu melakukkan ekspansi kekuasaan dengan wilayah yang begitu luas. Namun, Muhammad tetaplah orang yang paling berpengaruh sepanjang masa. Islam yang dibawanya tetap mempengaruhi dunia hingga saat ini. Sementara, ketiga orang lainnya tak mampu mempertahankan pengaruhnya dalam waktu lama. Sepeninggal Alexander Agung, Yunani terpecah belah sementara sepeninggal Shih Huang Ti, China dipimpin oleh putranya dan terjadilah pemberontakkan akibat ketidakcakapannya memimpin. Shih Huang Ti, Alexander Agung, ataupun Jengis Khan cenderung megalomaniak, haus kekuasaan, namun ia tidak mampu membina penerusnya menjadi orang hebat . Muhammad saw lain, ia adalah seorang pemimpin yang menciptakan pemimpin.

Barangkali kita pernah mendengar kisah heroik seorang ibu yang menyelamatkan bayinya yang berada dalam rumah yang terbakar. Ia tak peduli kobaran api menjilat tubuhnya ataupun hantaman kayu menimpa badannya. Ia tak peduli rasa sakit itu.
Apa yang membuat dia kuat? Karena dia berjuang untuk orang lain.
Hidup begitu berat, membuat kita sering mengeluh jika hidup hanya untuk diri sendiri, tetapi hidup akan lebih ringan jika kita fokus untuk member manfaat untuk orang lain.

Tidak menjadi yang terbaik sama artinya dengan tidak mengakui pemberian yang seharusnya kita bagikan kepada orang lain 

Wallahu ‘alam bishshawab