“ Saya percaya walaupun bertahun-tahun dalam kesunyian dan kegelapan,
Tuhan menciptakan saya untuk sebuah tujuan yang tidak saya ketahui,
tetapi, suatu hari nanti saya akan mengerti maksud-Nya...
dan saya bahagia...
Saya hanyalah satu, tetapi saya satu.
Saya tidak dapat melakukan semuanya,
tetapi saya masih dapat melakukan sesuatu.
Dan karena saya tidak mampu melakukan semuanya,
Saya tidak akan menolak sesuatu yang saya dapat lakukan...”
Hellen Adams Keller
Dalam
berkarir secara profesional ataupun dalam menuntut ilmu, dalam bidang
apapun, kita dapati ada dua kelompok orang. Ada orang yang bertujuan
untuk sekadar menjadi seorang yang baik dalam bidang yang digelutinya ,
ada juga orang yang berhasrat menjadi orang yang terbaik, menjadi orang
hebat dalam bidangnya. Hidup ternyata terlalu singkat untuk dilalui
sebagai orang yang biasa-biasa saja atau sekadar menjadi seseorang yang
baik dalam bidangnya.
Ada orang yang memilih hanya menjadi
orang yang baik dalam bidangnya sedangkan umur hidupnya lebih dari 80
tahun. Setelah ia meninggal, generasi setelahnya hanya mengingat dia
lewat tiga kalimat yang terpampang di batu nisannya: namanya siapa,
kapan ia lahir, dan kapan ia wafat. Tak ada goresan tinta emas yang ia
torehkan dalam kanvas sejarah umat manusia. Tentu kita tidak bertujuan
agar setiap amal kita diingat apalagi dipuji orang lain, tetapi
setidaknya itu parameter nilai manfaat hidup kita di dunia. Di sisi
lain, ada orang yang selalu berupaya menjadi orang hebat, menjadi yang
terbaik di bidangnya, dan selalu berhasrat untuk berkarya demi
kepentingan orang banyak, umur hidupnya mungkin kurang daripada golongan
pertama, tetapi umur karyanya, umur prestasinya jauh melampaui umur
hidupnya. Umur adalah pemberian, tetapi berkarya adalah sebuah pilihan.
Bakat adalah pemberian, tetapi kontribusi adalah pilihan. Waktu tak bisa
dibeli, tetapi kecepatan bisa diciptakan.
“ Setiap orang dimudahkan sesuatu yang untuknya ia diciptakan.” ( HR Muslim)
“
Mukmin yang kuat itu lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.
Dan setiap diri pastilah memiliki potensinya masing-masing.
Bersemangatlah kalian dalam melakukan sesuatu yang bermanfaat, mintalah
pertolongan kepada Allah dan janganlah kalian merasa tidak mampu.” ( HR Bukhari)
Kedua
hadits tersebut secara implisit memerintahkan kita untuk melakukan
semua hal sebaik-baiknya, menjadi yang terbaik, menjadi orang hebat.
Setiap insan diciptakan sebaik-baiknya sebagaimana Allah berfirman : “ Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
( At-Tiin : 4) maka setiap aktivitas yang kita lakukan pun harus kita
lakukan sebaik-baiknya.Kita semua memiliki potensi, memiliki bakat yang
untuk itulah kita diciptakan, berkontribusi dalam membangun peradaban.
Tidak menjadi yang terbaik sama artinya dengan tidak mengakui pemberian
yang seharusnya kita bagikan kepada orang lain. Persoalannya bukan lagi
sekadar bakat, bakat saja tidak cukup. Ada hal-hal yang membuat
orang-orang terbaik lebih baik dari orang lainnya, mereka melengkapi
bakat dengan hati, jiwa, semangat, dan hasrat.
Jika kita
membaca biografi orang-orang hebat, orang-orang terbaik di bidangnya,
tak peduli apapun bidangnya, kita dapat menemukan beberapa sifat yang
selalu ada pada setiap diri mereka.
Orang-orang Hebat Tahu Benar Tujuan Mereka
“...bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok...” ( Al-Hasyr : 18)
Mereka
visioner. Target mereka jelas dan mereka tahu benar tujuan mereka
melakukan semua aktivitas yang digelutinya saat ini. Hidupnya dimulai
dengan menentukan titik akhir hidup mereka. Seperti melihat dengan
teleskop, memiliki gambaran yang besar dan jelas dalam pikiran mereka
dan mereka bisa melihat masa depannya. Pada akhirnya mereka menujukan
hidup mereka sepenuhnya untuk gambaran itu dan mereka tidak
menyia-nyiakan aset waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna. Mereka
telah memiliki gambaran yang jelas tentang keindahan gunung dan tak
peduli selebat apa hutan, mereka tetap mendakinya.
“ Setiap pertandingan dimenangkan sebelum pertandingan itu dimulai,” kata Sun Tzu. Orang-orang hebat mampu memvisualisasikan obsesi mereka. Kita dapat belajar dari Saifulllah Khalid
bin Walid, seorang panglima hebat yang tidak pernah mengalami kekalahan
dalam berbagai perang yang diikutinya, pernah berkata: “ Seluruh lembah, gunung,
gurun yang pernah kulewati tak pernah akan lupa ingatanku. Jika suatu
saat aku harus berperang di tempat itu, maka akan kubayangkan segenap
strategi yang kugunakan.”
Orang-orang Hebat Selalu Setia pada Cita-cita
“
Tidak mungkin menuntut ilmu bagi orang yang pembosan dan sering berubah
pikiran serta merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya. Akan tetapi
menuntut ilmu harus dengan menahan diri, kesempitan hidup, dan
berkhidmat untuk ilmu tersebut.”
( Imam Syafi’i)
Seorang
pembelajar yang bermimpi menjadi pengusaha sukses sejak awal sadar bahwa
akan ada masanya di mana dia akan diuji dengan kerugian, bisnisnya
berantakan, dan usahanya bangkrut. Seorang pembelajar yang bermimpi
menjadi akademisi yang brilian sadar bahwa akan ada masanya ia diuji
dengan tidak lulus ujian, merasa bodoh di kelas karena tidak bisa
memahami pelajaran, gagal dalam praktikumnya, hampir di-DO, ia akan
kekurangan tidur dan perutnya keroncongan karena uang bulanan sudah
habis. Seorang pembelajar yang ingin menjadi profesional sukses sejak
awal menyadari, bahwa ia akan ditolak dari satu interview ke interview
lain, akan mengalami kesulitan di tempat kerjanya, dihina seniornya,
dimarahi oleh atasannya, harus mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai,
dan kepahitan-kepahitan lainnya.Pembelajar siap dengan kesulitan ini
sehingga saat ujian itu terjadi ia bisa bertahan dan memilih sikap
terbaik. Ia tetap setia dengan rencana dan mimpinya.
Orang
hebat tidak pantang menyerah. Saat ia menemukan masalah ia tidak akan
berhenti, ia tak akan mengeluh. Ia berusaha memecahkan masalahnya. Ia
tidak fokus pada masalahnya Ia hanya fokus pada pelajaran dalam
masalahnya, juga pada peluang akan diperolehnya dibalik masalah itu. Ia
paham bahwa masalah dan kesulitan adalah romantika kehidupan. Bukankah
ketika dulu kita SMP atau SMA kadang mendapat nilai yang buruk, kita
stress. Namun, bagaimana perasaan kita jika saat ini kita mengingat hal
tersebut ? mungkin kita hanya tertawa, ternyata itulah salah satu hal
yang membuat hidup kita berwarna. Jika mendapat indeks prestasi yang
buruk, yakinlah bahwa suatu hari nanti, kita akan mengenang momen
tersebut sebagai momen unik dalam kehidupan kita.
Orang-orang Hebat Berlatih Lebih Keras daripada Orang Lain
“
Seorang penuntut ilmu yang ingin memperbanyak ilmunya, ia wajib
mengerahkan segenap jerih payahnya, sabar menghadapi segala kesulitan
yang menghadang, ikhlas karena Allah dalam mencari ilmu-Nya, dan selalu
memohon pertolongan Allah.”
( Imam Syafi’i)
Malcolm Gladwell dalam Outliers
mengisahkan bahwa hal yang membedakan pemain biola terbaik dari pemain
biola yang baik , dan biasa saja bukanlah bakat, namun jumlah waktu yang
mereka gunakan untuk berlatih sepanjang hidup mereka. Ketika berusia
dua puluh tahun, para pemain bola terbaik berlatih selama sekitar
sepuluh ribu jam. Pemain biola yang baik berlatih sebanyak delapan ribu
jam, dan pemain biola rata-rata hanya berlatih sekitar empat ribu jam.
Kadang
masyarakat selalu percaya pada mitos media bahwa kesuksesan dapat
diperoleh dalam waktu semalam tanpa melihat sebuah proses. Orang-orang
hebat bersedia keluar dari comfort zone menuju discomfort zone. Ia bersedia menunda kepuasan dan kenyamanan. Ia bersedia membayar berapun harganya, untuk sebuah cita-cita.
Orang-orang Hebat Selalu Memperbaiki Diri agar Lebih Baik
"Barang
siapa yang keadaan amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka
ia terlaknat. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka
ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih
baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung." (HR. Bukhari)
Tidak
ada status quo bagi orang hebat, pilihan yang baik hanyalah dengan
menjadi lebih baik. Jika tidak menjadi lebih baik, artinya bertambah
buruk. Orang biasa selalu merasa puas dengan kenyamanan mereka. Orang
hebat selalu hidup dinamis, ia selalu berusaha berubah menjadi lebih
baik. Ia tidak akan mempertahankan status quo. Ia selalu istiqomah.
Istiqomah bukan sekadar konsisten atau monoton dalam beraktivitas.
Istiqomah merupakan suatu proses kontinu menuju titik kesempurnaan,
merupakan sebuah perbaikan yang berkesinambungan.
Orang-orang Hebat Tak Hidup untuk Dirinya Sendiri
“
Ketika hidup ini untuk diri sendiri, maka ia akan terasa sangat singkat
dan tak bermakna.Tapi ketika hidup ini kita persembahkan untuk orang
lain, ia akan terasa panjang, dalam, dan penuh makna.” ( Sayyid Quthb )
Dalam buku 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa,
Michael Hart menempatkan Muhammad pada posisi pertama, Shih Huang Ti
pada posisi tujuh belas, Jengis Khan pada posisi 29, dan Alexander Agung
pada posisi 33. Padahal, seumur hidupnya Alexander Agung menaklukkan
wilayah yang lebih besar daripada Muhammad saw.Iran, Mesopotamia,
Suriah, Yudea, dan Mesir mampu ia taklukkan. Shih Huang Ti, di bawah
kekuasaannya mampu menyatukan seluruh China yang semula terpecah-pecah .
Jengis Khan mampu melakukkan ekspansi kekuasaan dengan wilayah yang
begitu luas. Namun, Muhammad tetaplah orang yang paling berpengaruh
sepanjang masa. Islam yang dibawanya tetap mempengaruhi dunia hingga
saat ini. Sementara, ketiga orang lainnya tak mampu mempertahankan
pengaruhnya dalam waktu lama. Sepeninggal Alexander Agung, Yunani
terpecah belah sementara sepeninggal Shih Huang Ti, China dipimpin oleh
putranya dan terjadilah pemberontakkan akibat ketidakcakapannya
memimpin. Shih Huang Ti, Alexander Agung, ataupun Jengis Khan cenderung megalomaniak,
haus kekuasaan, namun ia tidak mampu membina penerusnya menjadi orang
hebat . Muhammad saw lain, ia adalah seorang pemimpin yang menciptakan
pemimpin.
Barangkali kita pernah mendengar kisah heroik
seorang ibu yang menyelamatkan bayinya yang berada dalam rumah yang
terbakar. Ia tak peduli kobaran api menjilat tubuhnya ataupun hantaman
kayu menimpa badannya. Ia tak peduli rasa sakit itu.
Apa yang membuat dia kuat? Karena dia berjuang untuk orang lain.
Hidup
begitu berat, membuat kita sering mengeluh jika hidup hanya untuk diri
sendiri, tetapi hidup akan lebih ringan jika kita fokus untuk member
manfaat untuk orang lain.
Tidak menjadi yang terbaik sama artinya dengan tidak mengakui pemberian yang seharusnya kita bagikan kepada orang lain
Wallahu ‘alam bishshawab