Rabu, 30 Januari 2013

Orang Orang Hebat


“ Saya percaya walaupun bertahun-tahun dalam kesunyian dan kegelapan,
 Tuhan menciptakan saya untuk sebuah tujuan yang tidak saya ketahui,
 tetapi, suatu hari nanti saya akan mengerti maksud-Nya...
dan saya bahagia...
Saya hanyalah satu, tetapi saya satu.
Saya tidak dapat  melakukan semuanya,
tetapi saya masih dapat melakukan sesuatu.
Dan karena saya tidak mampu melakukan semuanya,
Saya tidak akan menolak sesuatu yang saya dapat lakukan...”
Hellen Adams Keller

Dalam berkarir secara profesional ataupun dalam menuntut ilmu, dalam bidang apapun, kita dapati ada dua kelompok orang. Ada orang yang bertujuan untuk sekadar menjadi seorang yang baik dalam bidang yang digelutinya , ada juga orang  yang berhasrat menjadi orang yang terbaik, menjadi orang hebat dalam bidangnya. Hidup ternyata terlalu singkat untuk dilalui sebagai orang yang biasa-biasa saja atau sekadar menjadi seseorang yang baik dalam bidangnya.

Ada orang yang memilih hanya menjadi orang yang baik dalam bidangnya sedangkan umur hidupnya lebih dari 80 tahun. Setelah ia meninggal,  generasi setelahnya hanya mengingat dia lewat tiga kalimat yang terpampang di batu nisannya: namanya siapa, kapan ia lahir, dan kapan ia wafat. Tak ada goresan tinta emas yang ia torehkan dalam kanvas sejarah umat manusia.  Tentu kita tidak bertujuan agar setiap amal kita diingat apalagi dipuji orang lain, tetapi setidaknya itu parameter  nilai manfaat  hidup kita di dunia. Di sisi lain, ada orang yang selalu berupaya menjadi orang hebat, menjadi yang terbaik di bidangnya, dan selalu berhasrat untuk berkarya demi kepentingan orang banyak, umur hidupnya mungkin kurang daripada golongan pertama, tetapi umur karyanya, umur prestasinya jauh melampaui umur hidupnya. Umur adalah pemberian, tetapi berkarya adalah sebuah pilihan. Bakat adalah pemberian, tetapi kontribusi adalah pilihan. Waktu tak bisa dibeli, tetapi kecepatan bisa diciptakan.

“ Setiap orang dimudahkan sesuatu yang untuknya ia diciptakan.” ( HR Muslim)

“ Mukmin yang kuat itu lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Dan setiap diri pastilah memiliki potensinya masing-masing. Bersemangatlah kalian dalam melakukan sesuatu yang bermanfaat, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kalian merasa tidak mampu.”   ( HR Bukhari)

Kedua hadits tersebut secara implisit memerintahkan kita untuk melakukan semua hal sebaik-baiknya, menjadi yang terbaik, menjadi orang hebat. Setiap insan diciptakan sebaik-baiknya sebagaimana Allah berfirman : Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” ( At-Tiin : 4) maka setiap aktivitas yang kita lakukan pun harus kita lakukan sebaik-baiknya.Kita semua memiliki potensi, memiliki bakat yang untuk itulah kita diciptakan, berkontribusi dalam membangun peradaban. Tidak menjadi yang terbaik sama artinya dengan tidak mengakui pemberian yang seharusnya kita bagikan kepada orang lain. Persoalannya bukan lagi sekadar bakat, bakat saja tidak cukup. Ada hal-hal yang membuat orang-orang terbaik lebih baik dari orang lainnya, mereka melengkapi bakat dengan hati, jiwa, semangat, dan hasrat.

Jika kita membaca biografi orang-orang hebat, orang-orang terbaik di bidangnya, tak peduli apapun bidangnya, kita dapat menemukan beberapa sifat yang selalu ada pada setiap diri mereka.


 Orang-orang Hebat Tahu Benar Tujuan Mereka

“...bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok...” ( Al-Hasyr : 18)

Mereka visioner. Target mereka jelas dan mereka tahu benar tujuan mereka melakukan semua aktivitas yang digelutinya saat ini. Hidupnya dimulai dengan menentukan titik akhir hidup mereka. Seperti melihat dengan teleskop, memiliki gambaran yang besar dan jelas dalam pikiran mereka dan mereka bisa melihat masa depannya. Pada akhirnya mereka menujukan hidup mereka sepenuhnya untuk gambaran itu dan mereka tidak menyia-nyiakan  aset waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna. Mereka telah memiliki gambaran yang jelas tentang keindahan gunung dan tak peduli selebat apa hutan, mereka tetap mendakinya.

“ Setiap pertandingan dimenangkan sebelum pertandingan itu dimulai,” kata Sun Tzu. Orang-orang hebat  mampu memvisualisasikan obsesi mereka. Kita dapat belajar dari Saifulllah Khalid bin Walid, seorang panglima hebat yang tidak pernah mengalami kekalahan dalam berbagai perang yang diikutinya, pernah berkata:    “ Seluruh lembah, gunung, gurun yang pernah kulewati tak pernah akan lupa ingatanku. Jika suatu saat aku harus berperang di tempat itu, maka akan kubayangkan segenap strategi yang kugunakan.”

 Orang-orang Hebat Selalu Setia pada Cita-cita

“ Tidak mungkin menuntut ilmu bagi orang yang pembosan dan sering berubah pikiran serta merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya. Akan tetapi menuntut ilmu harus dengan menahan diri, kesempitan hidup, dan berkhidmat untuk ilmu tersebut.”
( Imam Syafi’i)

Seorang pembelajar yang bermimpi menjadi pengusaha sukses sejak awal sadar bahwa akan ada masanya di mana dia akan diuji dengan kerugian, bisnisnya berantakan, dan  usahanya bangkrut. Seorang pembelajar yang bermimpi menjadi akademisi yang brilian sadar bahwa akan ada masanya ia diuji dengan tidak lulus ujian, merasa bodoh di kelas karena tidak bisa memahami pelajaran, gagal dalam praktikumnya, hampir di-DO, ia akan kekurangan tidur dan perutnya keroncongan karena uang bulanan sudah habis. Seorang pembelajar yang ingin menjadi profesional sukses sejak awal menyadari, bahwa ia akan ditolak dari satu interview ke interview lain, akan mengalami kesulitan di tempat kerjanya, dihina seniornya, dimarahi oleh atasannya, harus mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai, dan kepahitan-kepahitan lainnya.Pembelajar siap dengan kesulitan ini sehingga saat ujian itu terjadi ia bisa bertahan dan memilih sikap terbaik. Ia tetap setia dengan rencana dan mimpinya. 

Orang hebat tidak pantang menyerah. Saat ia menemukan masalah ia tidak akan berhenti, ia tak akan mengeluh. Ia berusaha memecahkan masalahnya. Ia tidak fokus pada masalahnya Ia hanya fokus pada pelajaran dalam masalahnya, juga pada peluang akan diperolehnya dibalik masalah itu. Ia paham bahwa masalah dan kesulitan adalah romantika kehidupan. Bukankah ketika dulu kita SMP atau SMA kadang mendapat nilai yang buruk, kita stress. Namun, bagaimana perasaan kita jika saat ini kita mengingat  hal tersebut ? mungkin kita hanya tertawa, ternyata itulah salah satu hal yang membuat hidup kita berwarna. Jika mendapat indeks prestasi yang buruk, yakinlah bahwa suatu hari nanti, kita akan mengenang momen tersebut sebagai momen unik dalam kehidupan kita.

Orang-orang Hebat Berlatih Lebih Keras daripada Orang Lain

“ Seorang penuntut ilmu yang ingin memperbanyak ilmunya, ia wajib mengerahkan segenap jerih payahnya, sabar menghadapi segala kesulitan yang menghadang, ikhlas karena Allah dalam mencari ilmu-Nya, dan selalu memohon pertolongan Allah.”
( Imam Syafi’i)

Malcolm Gladwell dalam Outliers mengisahkan bahwa hal yang membedakan pemain biola terbaik dari pemain biola yang baik , dan biasa saja bukanlah bakat, namun jumlah waktu yang mereka gunakan untuk berlatih sepanjang hidup mereka. Ketika berusia dua puluh tahun, para pemain bola terbaik berlatih selama sekitar sepuluh ribu jam. Pemain biola yang baik berlatih sebanyak delapan ribu jam, dan pemain biola  rata-rata hanya berlatih sekitar empat ribu jam.

Kadang masyarakat selalu percaya pada mitos media bahwa kesuksesan dapat diperoleh dalam waktu semalam tanpa melihat sebuah proses. Orang-orang hebat bersedia keluar dari comfort zone menuju discomfort zone. Ia bersedia menunda kepuasan dan kenyamanan. Ia bersedia membayar berapun harganya, untuk sebuah cita-cita.

Orang-orang Hebat Selalu Memperbaiki Diri agar Lebih Baik

"Barang siapa yang keadaan amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia terlaknat. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung." (HR. Bukhari)

Tidak ada status quo bagi orang hebat, pilihan yang baik hanyalah dengan menjadi lebih baik. Jika tidak menjadi lebih baik, artinya bertambah buruk. Orang biasa selalu merasa puas dengan kenyamanan mereka. Orang hebat selalu hidup dinamis, ia selalu berusaha berubah menjadi lebih baik. Ia tidak akan mempertahankan status quo. Ia selalu istiqomah. Istiqomah bukan sekadar konsisten atau monoton dalam beraktivitas. Istiqomah merupakan suatu proses kontinu menuju titik kesempurnaan, merupakan sebuah perbaikan yang berkesinambungan.

Orang-orang Hebat Tak Hidup untuk Dirinya Sendiri

“ Ketika hidup ini untuk diri sendiri, maka ia akan terasa sangat singkat dan tak bermakna.Tapi ketika hidup ini kita persembahkan untuk orang lain, ia akan terasa panjang, dalam, dan penuh makna.” ( Sayyid Quthb )

Dalam buku 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa, Michael Hart menempatkan Muhammad pada posisi pertama, Shih Huang Ti pada posisi tujuh belas, Jengis Khan pada posisi 29, dan Alexander Agung pada posisi 33. Padahal, seumur hidupnya Alexander Agung menaklukkan wilayah yang lebih besar daripada Muhammad saw.Iran, Mesopotamia, Suriah, Yudea, dan Mesir mampu ia taklukkan. Shih Huang Ti, di bawah kekuasaannya mampu menyatukan seluruh China yang semula terpecah-pecah . Jengis Khan mampu melakukkan ekspansi kekuasaan dengan wilayah yang begitu luas. Namun, Muhammad tetaplah orang yang paling berpengaruh sepanjang masa. Islam yang dibawanya tetap mempengaruhi dunia hingga saat ini. Sementara, ketiga orang lainnya tak mampu mempertahankan pengaruhnya dalam waktu lama. Sepeninggal Alexander Agung, Yunani terpecah belah sementara sepeninggal Shih Huang Ti, China dipimpin oleh putranya dan terjadilah pemberontakkan akibat ketidakcakapannya memimpin. Shih Huang Ti, Alexander Agung, ataupun Jengis Khan cenderung megalomaniak, haus kekuasaan, namun ia tidak mampu membina penerusnya menjadi orang hebat . Muhammad saw lain, ia adalah seorang pemimpin yang menciptakan pemimpin.

Barangkali kita pernah mendengar kisah heroik seorang ibu yang menyelamatkan bayinya yang berada dalam rumah yang terbakar. Ia tak peduli kobaran api menjilat tubuhnya ataupun hantaman kayu menimpa badannya. Ia tak peduli rasa sakit itu.
Apa yang membuat dia kuat? Karena dia berjuang untuk orang lain.
Hidup begitu berat, membuat kita sering mengeluh jika hidup hanya untuk diri sendiri, tetapi hidup akan lebih ringan jika kita fokus untuk member manfaat untuk orang lain.

Tidak menjadi yang terbaik sama artinya dengan tidak mengakui pemberian yang seharusnya kita bagikan kepada orang lain 

Wallahu ‘alam bishshawab