Rabu, 08 Mei 2013

*lg2 mikirin hikmah-


Setiap orang memiliki banyak peran, terlebih ketika usianya sudah memasuki usia produktif atau dewasa. Di tempat kerja dia jadi karyawan, jadi atasan, jadi bawahan, jadi mandor, atau jadi profesional lainnya. Di rumah jadi suami ato istri, jadi ayah ato ibu, jadi anak ato bahkan jadi sodara. Di masyarakat ada yang jadi tokoh, jadi anggota masyarakat, mungkin ada yang jadi ketua RT/RW, ada yang jadi pengurus paguyuban. Bahkan ada juga jadi pengurus kegiatan tertentu. Barangkali itu sebagian dari peran seseorang. 

Peran lebih utama dari pada tugas. Tugas dalam arti lain adalah fungsi. Fungsi adalah kegunaan. Banyaknya peran seseorang menandakan dia memiliki banyak fungsi. Artinya dia menjadi orang yang banyak gunanya bagi kehidupan. Ketika seseorang mendalami banyak peran di kehidupan, maka tugas akan dapat dia kembangkan, lebih dari sekedar tuntutan terhadapnya. Ketika dia jadi bawahan, dia bisa menjadi katalis organisasi dengan memberikan ide-ide segar. Dia bisa menjadi inspirasi bagi rekan sejawatnya dengan memberikan keteladanan tentunya. Bagi pimpinan, dia tidak sekedar menjadi driver organisasi, melainkan sebagai mentor/coach. Mentor yang tidak hanya ke bawah, tapi juga ke samping maupun ke atas. Bagi teman kerja, dia tidak sekedar jadi teman ngobrol saat makan siang atau seseorang yang harus dihubungi saat diperlukan dalam pekerjaan. Rekan kerja bisa menjadi tempat berbagi, pengalaman, cerita, bahkan nasehat.

Untuk bisa baik dalam segala peran tersebut memerlukan proses dan pembelajaran seumur hidup. Intinya adalah komitmen untuk terus mau belajar dan mengembangkan diri. Meski demikian, setiap orang juga sangat mungkin tidak bisa sekaligus bisa bermain baik dalam setiap peran itu. Pada suatu saat, dia perlu mementingkan perannya di masyarakat. Seperti saat seorang ibu memiliki anak-anak usia golden age/balita, perhatian terhadap anak-anaknya jauh lebih penting daripada perannya di masyarakat. Saat anaknya sudah beranjak remaja, seorang ibu bisa kembali concern terhadap perannya di masyarakat. Saat seorang anak sedang menghadapi UAN, dia harus konsen belajar. Perannya sebagai pengurus organisasi harus dikesampingkan dan didelegasikan kepada anggota organanisasi yang lain. 

Akan tetapi, tidak banyak orang yang senang memiliki banyak peran. Mereka cukup senang bisa berangkat pagi pulang sore dan setiap bulan memiliki gaji. Dia cukup senang jika malam harinya hanya habis untuk nonton tivi selain tidur. Kejadian itu terus berulang sampai pensiun. Bahkan yang perlu disayangkan lagi, mereka itu memiliki level kecerdasan di atas rata-rata. Ibaratnya seperti motor 500cc yang hanya digunakan untuk jualan bubur ayam. Apa sikap seperti itu seperti menyia-nyiakan karuniany Allah? Sebaliknya, orang yang awalnya memiliki kecerdasan pas-pasan, tpi punya semangat dan kemauan tinggi justru kebanyakan lebih sukses. Seperti sepeda motor yang awalnya hanya memiliki kapasitas 100cc bisa berkembang menjadi 1000cc (emang bs ya? haha, gitulah pokokna mah :D). 

Catet! Ilmu manusia sekarang tidak hanya berkutat bagaimana menambah pengetahuan, tapi juga bagaimana bisa menambah akselerasi dalam belajar. Itulah kemauan. Lebih diutamakan daripada kemampuan. Karena dengan kemauan, dia akan memiliki kemampuan. Sedangkan kemampuan saja belum tentu bisa memiliki kemauan.

*oke cuiiy. saadnya menghargai hasil dan mengambil pelajaran. Melangkah ke chapter baru, tanpa membawa luka, rait ? ;) Jadikan sabar & ikhlas sumber kekuatan. OSH!! 
-selfTalk^^