Birokrasilah
yang memaksa para perawat sekarang ini menghabiskan separuh waktu
mereka untuk mengisi formulir dan bukannya merawat pasien. Birokrasi
jugalah yang mengharuskan guru menghabiskan berjam-jam untuk menulis
laporand dan mengikuti konferensi, bukannya menyiapka pelajaran,
menilai tugas dan mendampingi siswa. Birokrasila yang menyebabkan
eksekutif muda gagal menjadi pemimpin dengan mengubah mereka menjadi
pemroses kertas kerja dan bukannya pengembang manusia. (Michael Le
Bouf)
Kenapa ya. Seringkali kalau ada berkas menumpuk banyak di
meja seseorang, tandanya sedang sibuk. Kesan pertama kali pada seorang
karyawan yang selalu mondar-mandir seperti orang yang banyak pekerjaan.
Jawabannya bisa iya dan bisa tidak, tergantung. Tergantung apa output
pekerjaan utamanya.
Kertas-kertas yang bertebaran di meja
bukan berarti besok dia bisa menjadi karyawan tauladan. Tapi apalah
artinya jika seorang narasumber harus juga mengecek perjalanan roadshow
seminarnya. Kiranya lebih baik kalau dia menyiapkan bahan materi dan
mempelajari audien yang akan dihadapinya. Mengenai pembelian tiket,
reservasi hotel, dan akomodasi lain serahkan pada seorang
asisten/sekretaris. Hal yang dihargai pada seorang pembicara adalah
materi dan penyampaiannya, bukan dengan apa dia datang dan di mana dia
menginap. Bisa jadi dia nanti malah tidak konsen dengan materinya.
Ujung-ujungnya audiens kecewa.
Di institusi pendidikan
"misalnya". Para guru kadang diserahi tugas untuk membuat laporan
pertanggungjawaban anggaran. Pernah ada yang mengeluh dokumennya
berkali-kali ditolak. Entah itu kurang lengkap atau ada yang salah.
Mengurusi dokumen keuangan butuh pendidikan dan keterampilan khusus.
Jika bolak-balik salah, itu wajar. Jika ada hal yang cukup
signifikan/material jumlahnya bisa menjadi temuan auditor atau bahkan
penegak hukum. Kenapa tidak menyiapkan tenaga non fungsional guru yang
khusus menyiapkan hal itu. Selain itu terkadang guru harus menyiapkan
sendiri persyaratan kenaikan pangkat entah formulir atau dokumen apa.
Tapi dengan itu tugas guru menjadi tidak fokus. Ulangan harian bisa
tertunda. Tidak cukup waktu untuk membuat soal. Alasannya sedang
mempersiapkan kenaikan pangkat.
Dalam birokrasi, seorang
pegawai harus mengurusi berbagai macam berkas pribadi, mulai dari pemberkasan, pendaftaran askes dsb. Seringkali mengurus rincian dokumen itulah yg butuh waktu seharian.
Siapa yang rugi? Instansi yang rugi. Sebaiknya ada satu unit di suatu
instansi yang khusus melayani pegawai di dalamnya. Hambatan terbesar
dalam reformasi birokrasi adalah mind set. Salah satu mindset keliru
adalah, "buat apa bantu Anda kalau tidak ada untungnya bagi saya."
Pegawai
kesehatan di instansi pemerintah juga seringkali sangat sibuk dengan urusan
manajemen dan keuangan. Mereka tidak fokus pada pelayanan kesehatan
pasien. Bukan masalah mereka tidak bisa, melainkan opportunity cost dari
melakukan pekerjaan itu sangat besar. Apakah ini semacam mendayagunakan
kapasitas menganggur? Jawabannya adalah apakah pekerjaan itu bagian
dari tugas pokoknya dan memberikan nilai tambah bagi instansi secara
signifikan?
Kondisi lainnya, seorang pimpinan seringkali lebih sibuk
berbicara dengan kertas kerja daripada dengan anak buahnya. Bahkan tidak
ada delegasi tugas kepada pegawainya. Bukan karena stafnya tidak bisa,
hanya saja kadang kurang percaya saja kepada staf tersebut. Timbul
kekhawatiran kalau hasil kerjaannya tidak bagus. Tugas manajer adalah
mangelola orang-orang di bawahnya. Membina para staf yang salah satunya
adalah transfer pengetahuan dan keterampilan. Jika pekerjaan terkait
kertas kerja apalagi dikerjakan sendiri, tidak ada kesempatan bagi staf
untuk belajar. Seperti kata Konsultan HRD terkemuka dari Singapura,
James Gwee, a good manager is manage people not manage paper.
Parahnya
lagi, jika indikator itu adalah berupa kertas kerja. Sebagai contoh
seorang karyawan dikatakan bagus jika sudah membuat laporan, membuat
surat, dsb. Surat dan laporan merupakan kertas kerja dan hanya alat
komunikasi, bukan hasil yang sebenarnya diharapkan dari penyelesaikan
tugas. Pemilihan itu sebenarnya masuk akal. Kenapa? karena dapat
dikalkulasi dengan mudah. Jika hasil pekerjaan administratif hanya
diukur dengan jumlah surat atau laporan, kegunaannya tidak dianggap.
Aneh ketika mengharapkan surat atau laporan itu berguna tapi yang diukur
semata-mata hanya jumlahnya. Tidak ada survey kepada pengguna, sulit
mengatakan bahwa laporan itu benar-benar bermanfaat. Seharusnya ada sense-nyata. Terasa
Begitulah salah satu miss manajemen dalam birokrasi. Fokus pada kertas-kertas, fokus pada jangka pendek, fokus pada saya bukan Anda. Tampilan lebih penting dari esensi. hft !
#sekedar melepas jengah, Sungguh :)
Begitulah salah satu miss manajemen dalam birokrasi. Fokus pada kertas-kertas, fokus pada jangka pendek, fokus pada saya bukan Anda. Tampilan lebih penting dari esensi. hft !
#sekedar melepas jengah, Sungguh :)