tidak bersebelahan,
tapi ada jarak..
Jarak ini bisa hanya satu sentimeter,
tapi bisa juga ribuan kilometer..
Jarak ini bisa ditempuh dalam hitungan detik,
tapi juga bisa puluhan tahun..
Jarak antara sungguh-sungguh dan sukses
hanya bisa diisi sabar..
Sabar yang aktif,
sabar yang gigih,
sabar yang tidak menyerah,
sabar yang penuh dari pangkal sampai ujung yang paling ujung..
Sabar yang bisa membuat sesuatu
yang tidak mungkin menjadi mungkin,
bahkan seakan-akan itu sebuah keajaiban dan keberuntungan..
Padahal keberuntungan adalah hasil kerja keras, doa, dan sabar yang berlebih-lebih..
-Ahmad Fuadi dalam buku Ranah Tiga Warna-
Kesadaran adalah matahari
Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala
Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata
-W.S. Rendra-
hm.. Belakangan, saya mencoba berpikir apa sih itu sabar.
setau sy sabar itu begitu ringan dilidah. hhe. whatever...
Sadar atau tidak, sabar
seringkali hanya dipahami sebagai sifat statis. Sikap pasrah, tanpa
perlawanan, menyerah pada kondisi, atau berhenti pada keadaan.
Sebenarnya apa sih makna sabar yg sesungguhnya ?
Kalo ditinjau dari sisi Agama kita diperintahkan untuk sabar. Mungkin kaum Marxis memahami sabar sebagai tindakan statis
seperti yang saya sebutkan di atas sehingga mereka menjudge
bahwa agama adalah candu masyarakat. Menurut mereka agama itu seperti
narkotika yang membuat mereka memiliki angan-angan akan akhirat,
melalaikan mereka dari memperjuangkan hak-haknya yang terampas,
menjadikan mereka tunduk pada penguasa yang berbuat aniaya, serta patuh
pada aturan si penguasa zalim. Kalau sabar itu maknanya berarti sikap
statis seperti saya yang sebutkan, saya kira wajar kalau ada orang-orang
yang berpikir bahwa agama itu adalah candu masyarakat, tapi apa bener
sabar bermakna seperti itu?
Pengetahuan dan pemahaman saya
terhadap agama masih sangat sangat saaaangat dangkal, rasanya kurang
pantas menjelaskan makna sabar. Akan tetapi, kalau boleh berpendapat,
saya tidak sepakat dengan makna sabar di atas. Jika kita membaca
Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang memerintahkan sabar. Diantaranya:
- Jadikan sabar dan salat sebagai penolongmu...( QS 2 : 45)..
- dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. ( QS 8:46)
- ...bersabarlah kamu dan kuatkan sesabaranmu...( QS 3:200)
- dan masih banyak lagi.
Allah
mencintai orang-orang yang sabar. Islam memerintahkan kita untuk
bersabar. Namun, jika sabar diartikan sebagai sikap pasif atau statis,
mengapa kaum muslimin di Afganistan begitu gencar melakukan perlawanan
terhadap penjajahan Uni Soviet pada dekade 80an? Mengapa penduduk
Palestina membentuk gerakan intifadhah, gerakan yang melawan penindasan
dan pendudukan yang dilakukan Zionis Israel? Mengapa Jenderal Soedirman
begitu lantang meneriakan ayat-ayat jihad untuk membakar semangat
pejuang pribumi untuk menghadapi Belanda? Mengapa Bung Tomo begitu
bersemangat berorasi di depan rakyat Surabaya untuk menghadapi Sekutu
dengan kalimat pembuka Bismillahirrahmanirrahim dan berteriak lantang
Allahu Akbar? Raffles juga pernah menulis bahwa zaman kolonial dulu,
jumlah ulama dan santri tidak lebih dari sepersembilan belas total
penduduk jawa, tapi perlawanan terhadap pemerintahan kolonial ,ujar
Raffles,justru paling gencar dan merepotkan pemerintahan kolonial
berasal dari kalangan ulama dan santri. Jika sabar dalam Islam berarti
sikap statis dan pasif, mengapa para ulama justru menjadi motor
penggerak perubahan ?
Pagi tadi, setelah membaca Al-Qur’an
usai subuh saya membaca arti dari bagian surat Al-Baqarah yang berisi
kisah heroik. Ya, kisah Daud dan Jalut. Pertempuran terjadi antara
Jalut dengan jumlah pasukan yang banyak melawan pasukan Thalut dengan
pasukan yang lebih sedikit –yang di dalamnya ada Daud. Saat pertempuran
dimulai, pasukan Thalut berdo’a : ” Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kokohkan langkah kami, dan tolonglah kami melawan orang-orang kafir.” Kok bisa ya lagi perang minta sabar? baiklah, sy simpulkan, bahwa kesabaran bukan sikap statis dan pasif. Sabar itu dinamis!
Bersabar berarti kesetiaan pada cita-cita...
Seperti
kesetiaan Sultan Muhammad Al-Fatih untuk menaklukkan Konstantinopel.
Sebuah kota yang sangat strategis posisinya hingga dikatakan bahwa jika
dunia ini satu negara maka Konstantinopel-lah yang layak jadi
ibukotanya. Selalu terngiang oleh Sultan sebuah hadits : ”
Konstantinopel pasti akan dibebaskan di tangan seorang pemuda, maka
sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baik pasukan adalah
pasukannya.” Dia setia pada cita-citanya, ia pun berusaha menjadi
sebaik-baiknya pemimpin maka sejak balig ia tak pernah meninggalkan
salat jamaah, shaum sunnah, salat qiyamullail, dan ibadah-ibadah
lainnya, di samping mempelajari strategi tempur dan belajar agama
tentunya. Hingga pada tahun 1453 M, saat usianya 24 tahun, impiannya
terwujud. Kontantinopel jatuh ke tangan kaum muslimin. Hebatnya lagi
dalam orasinya Al-Fatih bertutur :“ Kalian telah menaklukan
Konstantinopel sesuai dengan hadits Rasulullah. Beliau pasti bahagia
dengan kemenangan ini. Tapi beliau melarang pembantaian. Bahkan,
memerintahkan agar berlemah lembut dengan masyarakat dan berlaku sopan
terhadap mereka.”
Bersabar berarti keteguhan pada perjuangan...
Seperti
keteguhan Bung Tomo dan rakyat Surabaya dalam berjuang menghadapi
tentara Sekutu. Bayangkan, saat itu di bulan November 1945 mereka harus
menghadapi sekitar 30 ribu pasukan Sekutu yang memiliki persenjataan
yang lebih canggih dan puluhan pesawat tempur. Secara matematis mungkin
kekuatan tempur pejuang Surabaya kalah, tapi mereka tetap bertempur.
Kenapa? Karena mereka yakin bahwa cara yang benar merespon penjajahan
adalah dengan perlawanan, menang atau kalah tetap terhormat. Karena
mereka yakin mempertaruhkan nyawa untuk meninggikan derajat bangsa di
mata dunia adalah sesuatu yang benar maka mereka terus berjuang.
“ Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih (jadi) merah dan putih maka selama itu tidak akan menyerah kepada siapapun juga.”
-Bung Tomo-
Seperti
juga keteguhan Abu Ubaidah bin Jarah saat ditugaskan memimpin pasukan
ke medan pertempuran berat dengan bekal makanan hanya sekantung kurma
yang jika dihitung-hitung setiap orang mendapat satu kurma setiap hari.
Mereka merendam kurma dan menghisapnya seperti bayi menghisap susu
ibunya. Dan mereka menang..
Mereka yang bersabar ,teguh pada perjuangan.
Bersabar berarti berpegang erat pada prinsip...
Seperti
Yusuf. Dari 114 surat yang ada di Al-Qur’an, surat Yusuf merupakan
salah satu surat favorit saya. Bukan karena ketampanan saya yang hanya
berbeda sedikit dengan Nabi Yusuf(Tampan? Nahloh =D), tetapi karena hikmah dan keindahan
bahasa yang luar biasa. Banyak pelajaran yang bisa kira peroleh dari
surat ini, diantaranya tentang keteguhan hati seorang pemuda dan
kecakapannya mengelola sebuah negara. Ada bagian menarik yang sesuai
dengan konteks kesabaran, yakni saat Yusuf digoda istri Al-Aziz
(majikannya) di Mesir. Saat tak ada orang yang tahu selain mereka
berdua, istri Al-Azis berkata, “ Marilah mendekat kepadaku.”
Bayangkan, seorang pemuda di goda untuk bercumbu saat orang lain tak ada
yang tahu. Digoda oleh wanita yang kaya dan cantik ( mungkin)...
Intermezzo
: Sebenarnya tidak disebutkan cantik atau tidak. Tapi kemungkinan besar
sih cantik karena Yusuf pun sebenarnya ada keinginan kepadanya (lihat
ayat 24), dia orang kaya (kemungkinan cantik lebih besar karena doyan dandan
juga perawatan daripada orang miskin), dan setahu saya orang Mesir
kebanyakan cantik. Kalau sekarang mungkin bisa kita ibaratkan seperti
tante girang yang suka dandan dan kongkow-kongkow.
Yusuf
sebenarnya berkehendak terhadap wanita tersebut, tapi karena memegang
teguh prinsip dan ia takut kepada Allah, ia menolak dengan tegas. ” Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukanku dengan baik.” Walau
karena keputusannya ia harus mendekam dipenjara gara-gara keluarga
majikannya takut rahasia istrinya terbongkar, Yusuf tetap teguh pada
prinsip. “ Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada mengikuti ajakan mereka.”
Di
titik ini Yusuf bersabar. Ia berpegang erat pada prinsipnya,
mengendalikan hawa nafsu. Kadang saya berpikir sedikit liar dan nakal,
apa yang terjadi jika Yusuf memenuhi keinginan istri majikannya? Mungkin
ia tak akan dipenjara. Ia tak akan bertemu tahanan raja yang menjadi
informan bagi dirinya untuk menakwilkan mimpi sang raja. Ia tak akan
jadi bendahara Mesir. Dan kisahnya tak akan seagung seperti yang kita
bisa baca saat ini.
Sabar, sebuah kerja besar...
Kanvas
sejarah kemanusiaan tak pernah dihiasi oleh orang-orang kerdil yang
hidup dengan menghindari resiko atau orang yang hidupnya datar tanpa
masalah. Orang-orang besar dalam sejarah manusia adalah orang-orang yang
hidup dengan masalah, tetapi ia mampu merespon masalah, menjadikan
masalah sebagai arena pertarungan sekaligus tempatnya berkarya. Ia
menghadapi masalah dengan tetap setia pada cita-cita, tetap teguh pada
perjuangan, dan berpegang erat pada prinsip. Dan jika kita rangkum
kerja-kerja besar tersebut dalam sebuah kata, -Dan cukuplah SABAR sebagai
sebuah kerja besar-
Last,
Apa yang ditulis, belum sepnuhnya sy kerjakan..
Mohon maaf atas semua salah & khilaf
teruntuk my lav familly, sungguh dari kalianlah aku belajar menyelami kesabaran :')
teruntuk my lav familly, sungguh dari kalianlah aku belajar menyelami kesabaran :')
Semoga kita semuany snantiasa dilimpahkan kesabaran ya. Amin Allahumma amiin