Kas kalau idle itu tidak baik. Bukan
berarti kita harus semuanya dibelanjakan. Itu namanya boros. Kalau ada kas
lebih sebaiknya diinvestasikan. Tidak hanya kas, kalau seseorang yang hanya
berdiam diri saja juga tidak baik. Kita memiliki banyak modal selain uang. Ada
waktu, ada tenaga, dan ada intelegensi. Semua itu jika digerakkan akan
memberikan nilai tambah. Tidak hanya bagi diri kita. Tapi juga bagi orang lain.
Imam Syafii'i menggambarkan dalam sya'irnya yang sangat indah bahwa air yang
tergenang akan busuk dan air yang mengalir akan bening dan jernih. Makanan jika
dibiarkan pun akan basi terkena jamur dan bakteri.
Ekonomi setiap hari harus bergerak
untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan hukum permintaan dan
penawaran. Jika tidak manusia akan sulit memenuhi kebutuhannya
sehari-hari. Manusia berdiam diri terhadap masalah meski tahu jalan
keluarnya jauh lebih buruk daripada yang terus berusaha meskipun tidak tahu
solusinya. Manusia yang bergerak berarti sedang belajar. Seperti latihan fisik
yang terus menerus akan membuat otot berkembang. Jika tidak, maka otot tersebut
akan mengalami atropi (penyusutan). Otot juga memiliki memory. Rhenald Kasali
dalam bukunya “Mielyn” menyebutkan bahwa Sementara muscle memory
terbentuk karena latihan.
Begitu juga dengan brain memory,
yang terbentuk karena pengetahuan. Bagaimana caranya, salah satunya adalah
dengan membaca. Membaca berarti menghadirkan dunia. Ada seorang nenek yang
masih tajam pemikirannya. Bicaranya masih terstruktur. Dia adalah nenek saya
dan nenek teman saya. Ternyata, nenek-nenek di tempat lain juga begitu. Karena
rajin membaca buku, kemampuan otaknya masih “tok cer”, lebih dari itu
pengetahuannya juga luas. Membaca adalah cara otak bergerak mengalahkan ‘jalan
normal’nya.
Kalau kita masukkan dalam dunia
bisnis, konsep meminimalkan yang mubazir telah dilakukan oleh Jepang. Jepang
menggunakan konsep Just In Time. Artinya bahan baku disediakan ketika ada yang
memesan produk. Prosesnya sangat cepat dan akhirnya petugas akuntansi kewalahan
dalam menghitungnya. Kalau kita melihat pabrik mobil di Jepang, mobil yang
‘nongkrong’ di pabrik sedikit sekali. Paling Cuma 3 buah. Itupun sudah ada yang
memesan. Berbeda dengan pabrik mobil di Amerika. Mereka terus berproduksi meski
belum tentu ada yang memesan. Sudah tentu, Jepang lah yang lebih efisien. Pengusaha Jepang tidak mau menumpuk persediaan (inventory) di dalam gudang.
kualitas persediaan bisa saja menurun akibat terlalu lama disimpan sekaligus,
kurang likuidnya kas untuk jaga-jaga ada pengeluaran lain. Meski demikian,
persediaan secukupnya penting.
Bicara lagi dengan idle alias tetap berhenti. Kita sering mendengar peribahasa “hidup bagai roda pedati, kadang di atas, kadang di bawah.” Tapi menurut saya pribadi, pengandaian ini salah kaprah. Orang yang sudah ada di atas tidak mau lagi bergerak karena takut akan berada di bawah. Hidup seperti roda pedati berarti kalau dia diam maka tidak akan bergerak maju.
Pertanyaannya, berjalan ke arah mana? Arah tujuan roda pedati ditentukan oleh visi. Setiap orang, organanisasi wajib memiliki visi. Agar jalannya benar, maka misinya juga harus benar. Jangan sampai kalau awalnya kita berada di Bandung kemudian tujuannya ke Solo kita mau menempuhnya dengan perjalanan laut. ABCD (Aduh Boo Cape’ Dech:) Kembali ke permasalahan idle tadi. Kita harus bergerak, tak peduli mau sampai kapan, yang penting kita bergerak dulu. Kalau kita selalu memikirkan kehabisan waktu, maka sampai waktu benar-benar habis pun kita masih mematung.
Bicara lagi dengan idle alias tetap berhenti. Kita sering mendengar peribahasa “hidup bagai roda pedati, kadang di atas, kadang di bawah.” Tapi menurut saya pribadi, pengandaian ini salah kaprah. Orang yang sudah ada di atas tidak mau lagi bergerak karena takut akan berada di bawah. Hidup seperti roda pedati berarti kalau dia diam maka tidak akan bergerak maju.
Pertanyaannya, berjalan ke arah mana? Arah tujuan roda pedati ditentukan oleh visi. Setiap orang, organanisasi wajib memiliki visi. Agar jalannya benar, maka misinya juga harus benar. Jangan sampai kalau awalnya kita berada di Bandung kemudian tujuannya ke Solo kita mau menempuhnya dengan perjalanan laut. ABCD (Aduh Boo Cape’ Dech:) Kembali ke permasalahan idle tadi. Kita harus bergerak, tak peduli mau sampai kapan, yang penting kita bergerak dulu. Kalau kita selalu memikirkan kehabisan waktu, maka sampai waktu benar-benar habis pun kita masih mematung.
Maka bergeraklah. ketika diam itu mematikan
-Maria Ulfa-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar