Jumat, 03 Februari 2012

Idle is Diam

Kas kalau idle itu tidak baik. Bukan berarti kita harus semuanya dibelanjakan. Itu namanya boros. Kalau ada kas lebih sebaiknya diinvestasikan. Tidak hanya kas, kalau seseorang yang hanya berdiam diri saja juga tidak baik. Kita memiliki banyak modal selain uang. Ada waktu, ada tenaga, dan ada intelegensi. Semua itu jika digerakkan akan memberikan nilai tambah. Tidak hanya bagi diri kita. Tapi juga bagi orang lain. Imam Syafii'i menggambarkan dalam sya'irnya yang sangat indah bahwa air yang tergenang akan busuk dan air yang mengalir akan bening dan jernih. Makanan jika dibiarkan pun akan basi terkena jamur dan bakteri.

Ekonomi setiap hari harus bergerak untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran. Jika tidak manusia akan sulit memenuhi kebutuhannya sehari-hari.  Manusia berdiam diri terhadap masalah meski tahu jalan keluarnya jauh lebih buruk daripada yang terus berusaha meskipun tidak tahu solusinya. Manusia yang bergerak berarti sedang belajar. Seperti latihan fisik yang terus menerus akan membuat otot berkembang. Jika tidak, maka otot tersebut akan mengalami atropi (penyusutan). Otot juga memiliki memory. Rhenald Kasali dalam bukunya “Mielyn”  menyebutkan bahwa Sementara muscle memory terbentuk karena latihan.

Begitu juga dengan brain memory, yang terbentuk karena pengetahuan. Bagaimana caranya, salah satunya adalah dengan membaca. Membaca berarti menghadirkan dunia. Ada seorang nenek yang masih tajam pemikirannya. Bicaranya masih terstruktur. Dia adalah nenek saya dan nenek teman saya. Ternyata, nenek-nenek di tempat lain juga begitu. Karena rajin membaca buku, kemampuan otaknya masih “tok cer”, lebih dari itu pengetahuannya juga luas. Membaca adalah cara otak bergerak mengalahkan ‘jalan normal’nya.

Kalau kita masukkan dalam dunia bisnis, konsep meminimalkan yang mubazir telah dilakukan oleh Jepang. Jepang menggunakan konsep Just In Time. Artinya bahan baku disediakan ketika ada yang memesan produk. Prosesnya sangat cepat dan akhirnya petugas akuntansi kewalahan dalam menghitungnya. Kalau kita melihat pabrik mobil di Jepang, mobil yang ‘nongkrong’ di pabrik sedikit sekali. Paling Cuma 3 buah. Itupun sudah ada yang memesan. Berbeda dengan pabrik mobil di Amerika. Mereka terus berproduksi meski belum tentu ada yang memesan. Sudah tentu, Jepang lah yang lebih efisien. Pengusaha Jepang tidak mau menumpuk persediaan (inventory) di dalam gudang. kualitas persediaan bisa saja menurun akibat terlalu lama disimpan sekaligus, kurang likuidnya kas untuk jaga-jaga ada pengeluaran lain. Meski demikian, persediaan secukupnya penting. 

Bicara lagi dengan idle alias tetap berhenti. Kita sering mendengar peribahasa “hidup bagai roda pedati, kadang di atas, kadang di bawah.” Tapi menurut saya pribadi, pengandaian ini salah kaprah. Orang yang sudah ada di atas tidak mau lagi bergerak karena takut akan berada di bawah. Hidup seperti roda pedati berarti kalau dia diam maka tidak akan bergerak maju. 

Pertanyaannya, berjalan ke arah mana? Arah tujuan roda pedati ditentukan oleh visi. Setiap orang, organanisasi wajib memiliki visi. Agar jalannya benar, maka misinya juga harus benar. Jangan sampai kalau awalnya kita berada di Bandung kemudian tujuannya ke Solo kita mau menempuhnya dengan perjalanan laut. ABCD (Aduh Boo Cape’ Dech:) Kembali ke permasalahan idle tadi. Kita harus bergerak, tak peduli mau sampai kapan, yang penting kita bergerak dulu. Kalau kita selalu memikirkan kehabisan waktu, maka sampai waktu benar-benar habis pun kita masih mematung.

Maka bergeraklah. ketika diam itu mematikan
-Maria Ulfa-

Tidak ada komentar: