Kamis, 23 Februari 2012

Janjimu Untuk Masa Tuamu

Sore itu. masih di tempat yang sama, di hari Minggu. menjalani rutinitas mengisi & saling berbagi bersama adik2ku yg kusebut bersatu:). Meski rutinitas pertemuan ini tergolong baru, tapi  karna "ikatan" itu serasa hati kami telah mengenal sejak lebih dari setahun lalu, hati kami terpaut menyatu,hehe:D  #agak lebay. Namun bukan itu si inti ceritanya. Ada hal lain yang lebih mengusik hatiku selain semua itu, di masjid yang seminggu sekali kukunjungi serta kuharap pertemuanku dengan para malaikat yang diutus Allah kepada mereka yang mewajibkan diri ini mempelajari Al Qur'an.

Begini cerita itu mengalir, adzan ashar telah berkumandang saat ibu yang telah renta itu beranjak untuk mengikuti sholat jamaah. Kami yang sedari tadi di masjid pun bersegera mengambil wudhu. Sholat ashar di barisan akhwat cuma ada empat orang. Dari sebelah kiri ada seorang ibu entah siapa, di sebelah kanannya adalah ibu yang kusebut tadi, aku, dan seorang ibu lain di sampingku.


Sholat berjamaah telah berjalan satu roka'at ketika tiba-tiba ibu di sampingku melepas mukena. Beberapa saat kemudian ibu itu kembali berada di barisan dan kembali melanjutkan sholat. Oh mungkin dia berhadast pikirku. Akhirnya selesailah sholat ashar dengan berakhirnya salam. Emm, aku baru tersadar beberapa saat kemudian bahwa seharusnya ibu di sampingku tadi seharusnya melanjutkan dua rokaat lagi. Ya, karena dia tadi ketinggalan satu rokaat di rokaat kedua. Tapi blio salam bersama kami.


Entah kenapa, saat itu juga kupanjatkan doa sedalam-dalamnya kepada Allah, untukku dan kuharap untuknya. Atas kealpaan beliau. Entah kealpaan karena usia, entah kealpaan karena ketidakpahaman.


Umur, adalah salah satu silabus pokok yang akan malaikat tanyakan saat kita berada di dalam kubur. Untuk apa usia kita? Dan untuk apa usia muda kita? Adalah dua hal yang harus dijawab terlebih dahulu barulah kaki kita bisa bergeser. Sulit bukan? Ya, karena meski kita tidak pernah tahu kapan waktu kita habis, masih banyak yang mengisinya dengan kesia-siaan. Masih banyak pula yang tidak mempersiapkan masa yang akan lebih lama dari hidup di dunia. Masa yang lebih kekal.


Apa hubungannya dengan cerita kelalaian ibu tadi? Hubungannya adalah how do u fill ur live? Bagaimana kita mengisi hidup? Sampai-sampai pas sudah tua baru tau kalau anak sunnahnya di aqiqah, kalau junub harus mandi besar, kalau baca Al Qur'an harus pakai tajwid, kalau sudah baligh harus menutup aurot, kalau ada yang meninggal harus disholatkan, kalau punya harta harus dizakati, kalau punya anak harus dididik agama. Ya, pemanfaatan umur yang baiklah yang akan menggambarkan akhir hidup kita serta kehidupan selanjutnya. Ya, sebelum akhirnya terlambat. Sebelum akhirnya tergugu di saat telah menua.


Maka bergembiralah para pemuda, yang hatinya terpaut di masjid. Maka bergembiralah para pemuda, yang meski masih muda namun senantiasa ingat mati. Bergembiralah para pemudanya, yang masa mudanya diisi dengan kebaikan, amal baik dan prestasi gemilang. 



Merekalah para pemuda yang mengerti apa arti hidayah, digenggamnya mutiara hidayah itu hingga tak satupun debu yang sanggup menghitamkannya. 
Hai yang muda, janganlah kau tunggu hingga masa tuamu memberi tahumu soal arti masa muda. Tapi berjanjilah pada masa tuamu, bahwa kamu akan mempersiapkannya dengan segala yang terbaik di masa muda.
 
Semoga ketidaktahuan pada sisa umur, menjadikan kita senantiasa selektif memilih isi umur kita,

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan nasihat menasihati supaya menetapi kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." Al 'Ashr : 1-3

Wallohu alam

Tidak ada komentar: