Sabtu, 28 Januari 2012

Manusia Matang atau Setengah Matang

 “Menjadi tua adalah pasti, menjadi dewasa adalah pilihan”

Ungkapan di atas mungkin sering kita dengar dan itu memang benar. Masa dewasa adalah pasca remaja. Menurut World Health Organization (WHO) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Jadi setelah umur 24 tahun, berdasarkan umur, dianggap sudah dewasa. Hukum dan budaya Indonesia pun menempatkan orang yang sudah menikah pada golongan orang dewasa. Akan tetapi, dewasa secara umur bukan berarti menyebabkannya dewasa secara mental. Bahkan anak kecil pun bisa menjadi dewasa, lebih dari umurnya. Umumnya mereka pekerja keras dan mendapatkan beban yang sewajarnya tidak ditanggungnya. Lalu apakah kita memiliki kriteria orang yang memiliki sikap mental dewasa? Itu yang harusnya menjadi pertanyaan bagi kita masing-masing. Apa sajakah kriteria sikap mental dewasa itu?

1. Aktif-Asertif
Asertif adalah pertengahan antara sikaf agresif dan passif. Seseorang yang memiliki sikap mental dewasa tahu apa yang harus dilakukan dan kapan harus bertindak. Sebagai contoh adalah ketika ada yang butuh pertolongan, jika kita mampu maka kita harus tampil untuk menolongnya. Jika tidak, maka mencari orang yang dapat menolongnya. Orang yang asertif memiliki tingkat aktivitas lebih baik daripada orang yang pasif. Orang pasif tidak memiliki inisiatif, seakan-akan dia tidak memiliki kehendak. Orang yang asertif menyadari bahwa dia memiliki tanggung jawab, mengetahui dan memahami hak dan tanggungjawabnya. Sikap asertif ditempa dengan waktu dan pengalaman yang diperoleh dari pembelajaran dari lingkungan.

2. Independen
Independen berarti tidak selalu mengandalkan orang lain. Bahkan bisa jadi, ia bisa menjadi andalan banyak orang.  Orang yang independen berasal dari sifat berani. Orang yang tidak independen adalah orang yang tidak bisa apa-apa karena tidak mau mencoba atau belajar. Sehingga ia selalu mengandalkan orang lain untuk segala hal yang harusnya bisa ia lakukan sendiri.  Orang yang tidak independen bisa jadi karena dia terlalu malas sehingga dia selalu merepotkan orang lain. Orang yang independen juga dapat membuat keputusan sendiri sesuai dengan batas kewenangannya, terlebih keputusan tersebut menyangkut dirinya sendiri. Karena dia sendirilah yang bertanggung jawab atas keputusan tersebut, bukan orang lain

3. Memiliki sikap perilaku yang beragam. Seseorang yang dewasa tentu bisa menempatkan dirinya pada berbagai situasi dan kondisi yang berbeda. Saat keadaan genting maka dia harus tenang tapi aktif, pada keadaan dia harus marah, maka dia harus marah. Ketika dia melihat prestasi maka dia menghargai. Perilaku yang beragam pada orang dewasa ini akan membuatnya luwes dalam berinteraksi dengan orang lain. Berbeda dengan orang yang memiliki perilaku terbatas sehingga dia tidak bisa menempatkan dirinya dan pada akhirnya menjadi musuh bersama. Humoris boleh tapi kalau suka bercanda pada saat bersama orang yang terkena musibah, hal itu sangat tidak baik

4. Menaruh minat yang mendalam
Kedewasaan timbul ketika seseorang menaruh perhatian mendalam pada suatu masalah yang sedang dihadapinya. Dengan demikian, dia tidak akan setengah hati dalam menyelesaikannya atau bahkan mengacuhkannya sama sekali.  Begitu pula pada saat mempelajari sesuatu. Orang yang dewasa sadar bahwa apa yang sedang ia pelajari merupakan sesuatu yang penting. Seringkali orang melupakan sesuatu karena dia tidak benar-benar memperhatikan.

5.Long-time perspective
Pandangan jangka panjang berarti memikirkan buah perbuatan sekarang dan implikasinya terhadap masa depan. Contoh paling sederhana adalah mengelola uang. Orang yang berpikiran dewasa tidak akan menghabiskan seluruh penghasilannya, paling tidak ia akan memiliki tabungan untuk membiayai kebutuhan di masa depan yang besar. Orang dewasa selalu mendahulukan hal penting daripada yang tidak penting. Tidak mengkonsumsi makanan junk food untuk memelihara kesehatan dalam jangka panjang merupakan bagian dari sikap dewasa.

6.Superordinate position
Sikap dewasa selalu menempatkan dirinya di level pemimpin. Pemimpin letaknya di atas, sehingga semua orang mudah melihatnya. Artinya, orang yang dewasa berusaha menjadi tauladan kebaikan bagi lingkungan sekitarnya. Sikap dewasa adalah selalu berupaya memberi masukan, usulan, bukan selalu menjadi pengikut apa kata orang. Perkataan, “Pokoknya saya ngikut saja”,Mpun borong njenengan mawon (terserah Anda saja-Jawa)” Kalimat itu terucap dari orang yang memiliki mental subordinate position (mental bawahan). Orang yang tidak memiliki mental superordinate position (mental atasan), tidak akan pernah menjadi atasan meski jabatan ada padanya. Hal paling penting dari superordinate position adalah bertanggung jawab atas perbuatan dan jabatan yang dimilikinya.

7.Much-Self Awareness (Mawas Diri)
Mawas diri adalah jujur pada diri sendiri. Jika ingin menang dalam hidup maka kenali musuh kita, terlebih lagi mengenali diri kita. Setiap orang memiliki kekeuatan dan kelemahan masing-masing. Mawas diri adalah landasan dari pengembangan diri.  Orang yang mawas diri akan selalu memperbaiki dirinya. Tidak ada manusia yang sempurna, yang ada adalah manusia yang terus berupaya menjadi lebih baik. Semoga kita bisa memiliki sifat dewasa tersebut. Sekali lagi, menjadi dewasa itu pilihan. Skill kepemimpinan seseorang berbanding lurus dengan tingkat kedewasaannya. 1 hal lagi, Ini soal kesempatan, bukan soal menunggu krisis baru memimpin.

Maria Ulfa
Penulis, Pengusaha, Praktisi-Akademisi (Eaa. pinginnye.Allahummaamiin :D)



Referensi:
Said, Sudirman. Bahan Ajar Pengantar Negosiasi dan Kepemimpinan. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Ceria.bkkbn.go.id.Tanya Jawab KRR. http://ceria.bkkbn.go.id/referensi/substansi/detail/19

Tidak ada komentar: