Rabu, 25 Januari 2012

Pesan dari Indonesia Mengajar

Menjdi 'pendidik' bukan hanya 'hobi',tpi adalah bagian dari mimpi. i think
oya,1lg. mungkin qt bs b'mmpi sendirian, tp tdk utk mwujudkanny (Ikhwan Sopa) 

Gerakan Indonesia mengajar begitu fenomenal. Begitu fenomenalnya sehingga banyak teman-teman rela meninggalkan pekerjaannya untuk tugas mulia itu. Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina, penggagas Indonesia Mengajar sampai kewalahan akibat kebanjiran peserta yang mendaftar. Dari sekitar 80 orang yang dibutuhkan, ada sekitar 9.000 anak muda terbaik Indonesia yang mendaftar. Antusiasme yang dahsyat ini membuat optimisme tersendiri bahwa kepedulian generasi itu belum luntur, malah bisa semakin berkembang. Tidak sedikit yang skeptis dengan gerakan ini mulanya. Kalau mau berpikir rasional dengan memperhatikan untung rugi, tidak ada seorang pun mau meninggalkan pekerjaannya yang bergaji tinggi dan mapan hanya untuk mengajar di daerah pedalaman. Perjalan ke daerah tersebut ada yang sampai memakan waktu berhari-hari dengan bus, berjam-jam dengan perahu dan bak terbuka. Mungkin banyak pertanyaan yang menggelayut di benak banyak orang kenapa hanya delapan puluh orang? Apa guru tidak cukup? Kenapa cuma enam bulan? Pertanyaan tersebut sangat kritis dan perlu dijawab. Karena rahasia dari gerakan ini akan terungkap.

Pak Anies mengatakan bahwa peran rekan-rekan kita yang sedang bertugas di Indonesia Mengajar bukan untuk menggantikan peran seorang guru. Sebenarnya mereka ditujukan model hasil pendidikan yang telah berhasil. Ada tiga aspek keberhasilan pendidikan menurut Pak Anies. Pertama adalah memiliki banyak pengetahuan, Kedua memiliki skills dan keterampilan yang beragam, dan ketiga adalah kepribadian yang matang. Saudara-saudara kita di Indonesia Mengajar akan membuat orang tua siswa di pelosok tanah air melihat secara langsung hasil pendidikan. Kemudian mereka akan mengatakan,"Saya ingin anak saya nanti seperti Mas/Mbak itu." Inspirasi dari pengajar muda ini akan diingat oleh siswa-siswa yang tidak tahu bagaimana nikmatnya sekolah dengan fasilitas bagus seperti ruangan belajar mengajar yang memadai, jaringan internet broadband yang cepat, laboratorium canggih, dan perpustakaan yang lengkap. Dapat sekolah dan bisa membaca saja sudah syukur.

Kurang dari lima persen yang dulunya masuk sekolah dasar bersama menikmati bangku pendidikan tinggi. Jika kita sekarang sedang atau telah belajar di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta favorit, maka itu perlu disyukuri. Lalu, apa kita perlu ikut mengikuti Indonesia Mengajar. Tidak semua memiliki kesempatan dan lagipula terbatas. Kita hanya perlu menjadi model dan inspirasi bagi sekitar kita. Bukankah sebuah keteladanan itu lebih berdaya dalam merubah perilaku orang?

dulu. Ketika sy masih kecil, sy masih ingat ada beberapa mahasiswa melakukan Kuliah Kerja Nyata di daerah sy. Itu mungkin yang menyebabkan kenapa di keluarga besar, pendidikan mendapat perhatian lebih terlebih keluarga saya adalah keluarga akademisi. Sadar atau tidak sadar, ketika kita masih kecil dan mendapati orang sukses dengan berbagai profesinya, kita ingin menjadi seperti mereka. Kemudian seiring perjalanan hidup kita, kita bertemu orang-orang yang memiliki keinginan sama. Kita mengalami peristiwa-peristiwa yang sebelumnya mungkin tidak terduga. Tapi yang jelas, keberadaan model orang yang berhasil dapat merubah pemikiran kita seketika. Sederhananya, jika ada yang bisa, kenapa kita tidak?

Apakah harus melalui KKN? Bisa iya, bisa tidak. Terserah bagaimana caranya. Setiap pemuda memiliki peran masing-masing. Setiap pemuda memiliki peran lebih dari satu jenis. Peran tersebut antara lain, peran di keluarga, peran di masyarakat, peran di tempat kerja dsb. Optimalisasi peran inilah yang menjadi esensi Indonesia Mengajar. Contoh kecilnya adalah peran di Karang Taruna, peran di Remaja Masjid, dsb. Ketika kita dapat membuat kegiatan yang bermanfaat, sebenarnya kita sudah berbuat sesuatu.

Butuh mimpi besar agar bangsa ini menjadi lebih baik. Bukan sekedar mimpi untuk keberhasilan sendiri, melainkan mimpi yang membawa kesejahteraan kepada banyak orang. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat kepada banyak orang, right? Akan tetapi, kita perlu jaringan. Kita dapat bermimpi sendirian, tapi tidak untuk mewujudkannya. Terlalu buang-buang energi jikalau kita hanya mengkritik pemerintah tanpa berbuat sesuatu. "Itu kan urusan pemerintah!" Kalimat ini menunjukkan keegoisan seseorang. Pemerintah juga memiliki kendala di berbagai hal. Kita perlu membangun sinergisitas antara pemerintah dan masyarakat. Sy fikir.. tidak perlu menunggu dinas kebersihan untuk membersihkan jalanan di sebuah komplek perumahan.

# Hehe, just an opinion from book "Indonesia Mengajar" 
  *buku boleh dikasi:D bwt yg ngasi makasiii..beres jg finally^^v
Of course everyone is free to take it, leave it, or comment other opinion.
What do u think;)?











Tidak ada komentar: