Menjdi
'pendidik' bukan hanya 'hobi',tpi adalah bagian dari mimpi. i think
oya,1lg. mungkin qt bs b'mmpi sendirian, tp tdk utk mwujudkanny (Ikhwan Sopa)
oya,1lg. mungkin qt bs b'mmpi sendirian, tp tdk utk mwujudkanny (Ikhwan Sopa)
Gerakan
Indonesia mengajar begitu fenomenal. Begitu fenomenalnya sehingga banyak
teman-teman rela meninggalkan pekerjaannya untuk tugas mulia itu. Anies
Baswedan, Rektor Universitas Paramadina, penggagas Indonesia Mengajar sampai
kewalahan akibat kebanjiran peserta yang mendaftar. Dari sekitar 80 orang yang
dibutuhkan, ada sekitar 9.000 anak muda terbaik Indonesia yang mendaftar.
Antusiasme yang dahsyat ini membuat optimisme tersendiri bahwa kepedulian
generasi itu belum luntur, malah bisa semakin berkembang. Tidak sedikit yang
skeptis dengan gerakan ini mulanya. Kalau mau berpikir rasional dengan
memperhatikan untung rugi, tidak ada seorang pun mau meninggalkan pekerjaannya
yang bergaji tinggi dan mapan hanya untuk mengajar di daerah pedalaman.
Perjalan ke daerah tersebut ada yang sampai memakan waktu berhari-hari dengan
bus, berjam-jam dengan perahu dan bak terbuka. Mungkin banyak pertanyaan yang
menggelayut di benak banyak orang kenapa hanya delapan puluh orang? Apa guru
tidak cukup? Kenapa cuma enam bulan? Pertanyaan tersebut sangat kritis dan
perlu dijawab. Karena rahasia dari gerakan ini akan terungkap.
Pak
Anies mengatakan bahwa peran rekan-rekan kita yang sedang bertugas di Indonesia
Mengajar bukan untuk menggantikan peran seorang guru. Sebenarnya mereka
ditujukan model hasil pendidikan yang telah berhasil. Ada tiga aspek
keberhasilan pendidikan menurut Pak Anies. Pertama adalah memiliki banyak
pengetahuan, Kedua memiliki skills dan keterampilan yang beragam, dan ketiga
adalah kepribadian yang matang. Saudara-saudara kita di Indonesia Mengajar akan
membuat orang tua siswa di pelosok tanah air melihat secara langsung hasil
pendidikan. Kemudian mereka akan mengatakan,"Saya ingin anak saya nanti
seperti Mas/Mbak itu." Inspirasi dari pengajar muda ini akan diingat oleh
siswa-siswa yang tidak tahu bagaimana nikmatnya sekolah dengan fasilitas bagus
seperti ruangan belajar mengajar yang memadai, jaringan internet broadband yang
cepat, laboratorium canggih, dan perpustakaan yang lengkap. Dapat sekolah dan
bisa membaca saja sudah syukur.
Kurang
dari lima persen yang dulunya masuk sekolah dasar bersama menikmati bangku
pendidikan tinggi. Jika kita sekarang sedang atau telah belajar di perguruan
tinggi baik negeri maupun swasta favorit, maka itu perlu disyukuri. Lalu, apa
kita perlu ikut mengikuti Indonesia Mengajar. Tidak semua memiliki kesempatan
dan lagipula terbatas. Kita hanya perlu menjadi model dan inspirasi bagi
sekitar kita. Bukankah sebuah keteladanan itu lebih berdaya dalam merubah
perilaku orang?
dulu.
Ketika sy masih kecil, sy masih ingat ada beberapa mahasiswa melakukan Kuliah
Kerja Nyata di daerah sy. Itu mungkin yang menyebabkan kenapa di keluarga
besar, pendidikan mendapat perhatian lebih terlebih keluarga saya adalah
keluarga akademisi. Sadar atau tidak sadar, ketika kita masih kecil dan
mendapati orang sukses dengan berbagai profesinya, kita ingin menjadi seperti
mereka. Kemudian seiring perjalanan hidup kita, kita bertemu orang-orang yang
memiliki keinginan sama. Kita mengalami peristiwa-peristiwa yang sebelumnya
mungkin tidak terduga. Tapi yang jelas, keberadaan model orang yang berhasil
dapat merubah pemikiran kita seketika. Sederhananya, jika ada yang bisa, kenapa
kita tidak?
Apakah
harus melalui KKN? Bisa iya, bisa tidak. Terserah bagaimana caranya. Setiap
pemuda memiliki peran masing-masing. Setiap pemuda memiliki peran lebih dari
satu jenis. Peran tersebut antara lain, peran di keluarga, peran di masyarakat,
peran di tempat kerja dsb. Optimalisasi peran inilah yang menjadi esensi
Indonesia Mengajar. Contoh kecilnya adalah peran di Karang Taruna, peran di
Remaja Masjid, dsb. Ketika kita dapat membuat kegiatan yang bermanfaat,
sebenarnya kita sudah berbuat sesuatu.
Butuh
mimpi besar agar bangsa ini menjadi lebih baik. Bukan sekedar mimpi untuk
keberhasilan sendiri, melainkan mimpi yang membawa kesejahteraan kepada banyak
orang. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat kepada banyak orang,
right? Akan tetapi, kita perlu jaringan. Kita dapat bermimpi sendirian, tapi
tidak untuk mewujudkannya. Terlalu buang-buang energi jikalau kita hanya
mengkritik pemerintah tanpa berbuat sesuatu. "Itu kan urusan
pemerintah!" Kalimat ini menunjukkan keegoisan seseorang. Pemerintah juga
memiliki kendala di berbagai hal. Kita perlu membangun sinergisitas antara
pemerintah dan masyarakat. Sy fikir.. tidak perlu menunggu dinas kebersihan
untuk membersihkan jalanan di sebuah komplek perumahan.
# Hehe, just an opinion from
book "Indonesia Mengajar"
*buku boleh dikasi:D bwt
yg ngasi makasiii..beres jg finally^^v
Of course everyone is free to
take it, leave it, or comment other opinion.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar