Selasa, 10 Januari 2012

Masa Depan di Tangan Islam

Di tengah hiruk pikuk kehidupan sosial-politik dan tarik menarik kekinian. Kali ini aku ingin coba belajar posting mengenai hal yg sedikit lebih serius dari  kebiasaanku sblm2ny (melo gimanaa-hha) what? sedikit serius? HELLOW? ini seriously! >,< jika di diagnosa. Kita sadar. dan seluruh masyarakat dunia tahu, bahwa mayoritas penduduk dunia khususnya Indonesia very bussy talking about "freedom", yea! kebebasan yang tiaada habisnya menjadi topic pembicaraan di tiap lapisan. kebebasan mengeluarkan pendapat, HAM yang menjadi alih alih sebagai dompleng atas sebuaah pembebasan, bahkan kemuliaan Harkat derajat seorang wanita yang sudah sulit dibedakan lagi antara bebas & bablas. Mereka merasa telah merdeka diatas penjajahan. HOAH! Menyedihkan.. :(

Mencoba kembali mengingat  sejarah silam, tentang dahsyatnya generasi pemenang dahulu, tentang bagaimana bisa Islam pada saat itu berjaya, memfutuhkan Mekkah, runtuhkan Romawi, bahkan kedahsyatan kebenaran peradaban Islam pada saad itu hingga mencapai titik kulminasi pada era kepemimpinan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Dimana ketika itu semua rakyat merasakan kesejahteraan dan kedamaiannya, benar2 merasakan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, dan pada saad itu semua adalah sebuah titik puncak  kebangkitan Islam.

Namun yang menjadi sebuh pertanyaan besar, mengapa saat ini, justru peradaban sekuler yang menguasai dunia? akankah Islam akan bangkit kembali? Setidaknya, mungkin beberapa studi yang dihimpun dari beberapa sumber dibawah akan menjawab keraguan kita, tentang kemenangan, tentang masa depan Islam, tentang peradaban Islam : Ustadziul Alam!



-diresensi dari buku MAsa depan di Tangan Islam-

 
Dan Kemenangan Islam adalah sebuah keniscahyaan...
Sunnatullah telah menentukan bahwa jika terjadi pertarungan antara yang iman dan kufur, antara yang haq dan bathil, yang akan keluar sebagai pemenang adalah iman dan al-Haq, betapapun besarnya kekuatan kebathilan itu. Sejarah juga mencatat bahwa kemenangan-kemenangan yang diraih oleh umat Islam dalam perjuangannya menegakkan “kalimatullah” bukanlah karena kekuatan material yang dimiliki umat Islam lebih besar dari yang dimiliki lawan. Yang tercatat bahkan sebaliknya, umat Islam dari segi materi selalu dalam posisi yang lemah. Perhitungan matematis manusia mengatakan, Muslimin generasi pertama berpeluang untuk dilumat habis oleh musyrikin Quraisy.
Firman-Nya : 
“Maka Kami beri kekuatan kepada orang-orang yang beriman (dalam mengalahkan) musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang yang menang.” (Q.S. As-Shaff:14)
Firman-Nya pula: 
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (Q.S. Al Mu’min:51) 
“..Dan tidaklah kemenangan itu melainkan datang dari Allah. Sesungguhnya Dia Maha Perkasana lagi Maha Bijaksana” (Q.S. Al-Anfal / 8 : 10)

Maka keterlambatan kemenangan, boleh jadi membawa hikmah dan pelajaran. As-Syahid Sayyid Quthb dalam Dzilal-nya menyebutkan tidak kurang dari delapan hikmah/ pelajaran yang bisa ditarik dari ditangguhkannya kemenangan oleh Allah (lihat Fii Dzilalil Qur’an, yang berkaitan dengan ayat 38 surat Al-Hajj)

Beberapa di antaranya:
Pertama boleh jadi karena bangunan umat Islam belum sempurna, masih banyak potensi dan kekuatan yang belum tergali. Sehingga andaipun ia mendapat kemenangan, umat Islam tidak akan mampu mempertahankannya.
Kedua boleh jadi “thagut(sesuatu yg disembah selain ALLah)” yang sedang diperangi umat Islam berkedok Islam, sehingga sebagian besar umat Islam tertipu olehnya dan menjadi pembelanya.
Ketiga boleh jadi dalam memperjuangkan Al-Haq, umat Islam masih memiliki tujuan-tujuan lain selain tegaknya kalimatullah. Sedangkan Allah menginginkan jihad itu murni bertujuan mencari ridla-Nya.
DAAAAN -disadari atau tidak- boleh jadi kitalah golongan orang2 yg sebenarnya menjadi salah 1 penghambat lambannya proses kemenangan dakwah.
Innalillah.. summaNa'udzubillah  >,<

Lalu, dimna Peran sentral kader dakwah untk kemenangan Islam?
Imam syahid Hasan Al-Banna pernah mengatakan:
“Aku mampu membayangkan akh al-Mujahid itu sebagai seorang laki-laki yang senantiasa melakukan persiapan dan menyiapkan perlengkapannya, mampu menguasai pikiran yang memenuhi setiap sudut jiwanya dan seluruh bagian hatinya. Dia senantiasa berpikir memusatkan perhatian sepenuhnya terhadap persiapan yang terus menerus. Apabila dipanggil ia menyahut, apabila diajak ia menanggapi, datang dan perginya, perkataan dan bicaranya, kebenaran dan kelakarnya, tidak melampaui batas.Dia tidak melaksanakan tugas selain dari yang telah diletakkan oleh keadaan dan tuntunan atasnya, dan dia berjihad di jalannya. Anda dapat membaca pada raut muka dan kilauan matanya, dan mendengar dari gerakan lidahnya semua apa yang bergelora di dalam hatinya, kesengsaraan yang tersimpan di dalam hati, semua tujuannya benar dan bersungguh-sungguh pelaksanaannya, cita-citanya tinggi dan sasarannya jauh untuk memenuhi jiwanya.Tujuannya hanyalah 1 Kalimatullah”

Itulah perkataan Hasan Al-Banna ketika menggambarkan profil seorang mujahid yang sesungguhnya.yg bersih jiwa nya, Bahwasanya persiapan itu perlu, termasuk dalam dakwah yang notabene merupakan proyek besar ummat Islam. Dakwah bukan hanya proses singkat yang langsung bias diketahui hasilnya. Tapi ini merupakan proses perjalanan panjang yang tidak langsung segera kita ketahui hasil proses ini. Bahkan sesungguhnya, hanya Allah saja yang tahu hasil dari dakwah ini. Kita boleh saja membatasi patokan bahwa ketika orang-orang semakin banyak yang rajin ke masjid, wanita-wanita sudah banyak yang berjilbab, maka itu berarti dakwah kita mulai menampakkan hasil. 

Tapi ingatlah, masalah hati hnya Allah saja yg tahu. Keikhlasan dan kedekatan orang-orang terhadap Islam adalah hak Allah SWT. Tugas kita sebagai da’i hanyalah menyeru. Hasilnya kita serahkan kepada ALLAH. Tapi bukan berarti kita boleh asal-asalan dalam melaksanakan proyek dakwah. Kita tetap harus profesional dalam dakwah. Kita harus senantiasa ikhsan dalam pekerjaan ini. Untuk itulah, perlu dipersiapkan pula kader dakwah yang akan mengisi “jabatan” sesuai bidangnya. Salah satunya dengan melalui tarbiyah.

Tarbiyah is the solution!

Tarbiyah adalah kerja besar. Proyek raksasa. Sistem yang integral. Dahsyat. Mengubah yang sederhana menjadi luar biasa. Pekerjaan-pekerjaan besar dalam sejarah hanya dapat diselesaikan oleh orang-orang yang memiliki naluri kepahlawanan. Demikian kata Anis Matta. Tarbiyah adalah sebuah pilihan. 

Mengambil pilihan ini tentu mengandung resiko di luar zona nyaman kita. Tarbiyah adalah perubahan. Berani tarbiyah artinya harus siap berubah, mengubah diri sendiri maupun mengubah orang lain. Karena perubahan adalah keniscayaan, maka yang terpenting adalah bagaimana menyiapkan perubahan itu menjadi lebih menyenangkan. Adapun kader adalah pahlawan. Karena ia rela mengambil peran di tengah kesulitan, menapaki resiko di saat orang menghindar, meraih momentum saat ini saad manusia masih terkagum-kagum dengan duniawi, dan menyusun kerja besar saat orang lain belum tersadar. Untuk bias membentuk kader seperti itu, diperlukan energi yang besar dan kerja yang keras. 

Energi dalam tubuh ada yang namanya energi inti (quantum). Energi ini selalu bergerak mengitari pusat orbitnya. Begitu pun tarbiyah, diperlukan quantum di dalamnya. Menjadi kader inti (quantum tarbiyah) berarti selalu begerak sesuai pusat orbitnya, fokus, taat, istiqomah, dan tak kenal lelah. “Berputarlah bersama Islam sebagaimana ia berputar.” Karena gerakan itulah, ia memiliki energi dahsyat yang takkan pernah habis kecuali Allah menghendaki. Ada beberapa karakter kekhasan kader dalam dakwah yang teruji komitmen serta totalitasnya dalam dakwah, sebagai berikut: 
1. Bersedia membina diri (tarbiyah dzatiyah)
Dalam dakwah, kader inti adalah mereka yang bersedia membina diri dan menyerahkan segala komitmennya buat perjuangan dakwah. Komitmennya tulus, tujuannya lurus, amal-amalnya bukan untuk mencari fulus, kerjanya serius, pikirannya diasah terus, dan langkah-langkahnya maju terus. 
Allah SWT berfirman: 
“Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS Ali Imran: 146)

2. Bertransaksi di jalan Illahi dengan penuh kesadaran
Yang dimaksudkan adalah kesadaran untuk menukar harta, jiwa, nyawa, dan dirinya dengan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tanpa paksaan. Tanpa tekanan. 
Allah Ta’ala berfirman: 
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itu telah menjadi janji yang benar dari Allah dalam Taurat, Injil, dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS At Taubah: 111)

3. sabar : Tidak pindah ke lain hati
Sabarlah engkau duhai sahabat..  Karena komitmennya inilah, kader inti tidak mau berpindah ke lain hati. Sebab ia yakin bahwa Allah tak mungkin ingkar janji. Karena itulah, tetaplah di sini sahabat, di jalan dakwah ini.jalan ilallah. 
“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan Rasul-Rasul-Mu. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (QS Ali Imran: 194) 
Kader inti adalah bukti mana emas mana loyang, mana yang asli dan mana yang palsu, dan sebagainya. Karena itu, kader inti yang sejati tidak akan mengkhianati Allah. Tetap setia pada komitmen awal, bahwa Islam adalah agam yang fitrah. Karena itu, ia setia mengikut Rasululah tanpa banyak membantah.

4. Tegar: Siap mengambil Resiko Terberat
Karena komitmen inilah, para sahabat Nabi memerankan diri sebagai pembela Nabi, menukar kecintaan diri untuk sepenuh hati pada Nabi. Dalam kafilah inilah banyak kader-kader pilihan dengan berbagai keistimewaan. Ada Sa’ad bin Abi Waqqash pemanah jitu pertama atas lisensi Rasulullah. Ada Abu Dujanah dengan pedang terhunusnya menjadi benteng Nabi. Ada Khubaib bin Adi yang tak rela Nabi disakiti walau hanya tertusuk duri sekalipun. Ada pula Ummu Sulaim dengan belati kecilnya yang selalu mendampingi Nabi dalam Pernag Uhud. Itu semua perlu komitmen dan beresiko sebagai konsekuensi pilihan. Jalan dakwah jalan mulia, bukanlah jalan yang bertabur bunga. Jalan suci tetapi sepi, tanpa puji. Jalan para nabi yang banyak dikhianati. Jalan para ulama yang tegar. Jalan orang-orang besar yang penuh resiko. Tapi ingatlah, yang penting bukan label melainkan peran. Sebab, Menjadi penting itu baik, tapi menjadi baik itu jauh lebih penting. Jadilah kader inti dalam dakwah. Dengan energi quantum dalam diri. Dengan segala komitmen dan kesetiaan yang penuh resiko. Ingatlah, surga Allah bukan untuk orang-orang yang malas. Karena tak ada waktu KOSONG bagi seorang Mukmin. Dan ingatlah, Jika kita menolong agama Allah, niscaya Allah pasti akan menolong kita.

Ayyuhal Ikhwah !
Bgaimana usaha qita mmpertahankn kalimatullah dimuka bumi ini? dgn umur yg Allah berikan, kekuatan, kesehatn bahkan karunia lainny yg tak terhitung bila ingin mnjumlahnya... maka ketuk hati... tanya iman... 
Kalaulah memang belum mmpu berbuat, berjuang, ataupun berkorban sebagaimna Rasulullah SAW, para sahabat & salafus sholeh tauladan.. s'tidaknya kita dapat menjaga & memelihara warisan mereka scara ISTIQOMAH... Tetap berjuang, dan teruslah brkarya! Bersama qt rangkai prsmbahan untk Islam tercinta. Bangun sinergitas dakwah Indonesia. Saling merangkai taqwa dlm ridhoNya...  Bismillah,

2 komentar:

Anonim mengatakan...

kerenn d^_^b
-mutia-

Maria Ulfa mengatakan...

owalah teh. padahal bukunya modal minjem sama teh aisy sipil lo teh,, blom beres kubaca terpaksa harus dipulangkan saja, karna mengingat sya yg harus segera dipulangkan..
wokwokwok :DD

Alhamdulillahnyaaaa
pas sercing2.eh!pas ada pede-efnyaa.hhe
HAyok teh Hayok..
para blogwalking sepertiku butuh pribadi2 inspiratif sepertimu d^.^b